Pacitan (ANTARA News) - Jumlah penderita penyakit kaki gajah (filariasis/elephantiasis) di Jawa Timur mencapai ratusan orang, dengan penderita terbanyak berada di Kabupaten Lamongan.
Hasil survey sementara di 30 kota/kabupaten yang dilakukan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan (Depkes) RI menemukan sebanyak 300 kasus filariasis dengan tingkat keparahan berbeda.
"Jumlah temuan terbanyak ada di Kabupaten Lamongan dengan jumlah kasus filariasis pada 40 orang lebih, disusul Kabupaten Malang dengan jumlah 30 kasus, dan Kabupaten Trenggalek sebanyak 20 kasus lebih," kata Staf Subdit Filariasis dan Schistosomiasis Depkes RI, Helena, saat melakukan survey yang sama di Pacitan, Jumat.
Berdasarkan data hasil pemetaan Subdit Filariasis dan Schistosomiasis Depkes RI antara tahun 2002 sampai tahun 2005, daerah endemis filariasis sebagian besar berada di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Sedangkan dari hasil survei cepat tahun 2000, sebanyak 6.233 orang menjadi penderita kronis filariasis.
Kata Helena, gejala penyakit yang bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di beberapa bagian tubuh seperti kaki, tangan, dan beberapa organ vital tubuh bagian luar ini biasanya ditandai dengan naiknya suhu tubuh secara drastis sebagaimana penyakit demam.
Gejala itu kemudian berlanjut pada gejala panas pada bagian kelenjar di lipatan paha.
Masuknya virus filariasis ke dalam tubuh manusia, mengacu pada teori ilmu kesehatan, terebar melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva stadium III.
Pada saat nyamuk menggigit manusia itulah larva di-transfer melalui "probosis" (belalai nyamuk yang digunakan untuk menghisap darah) masuk ke kulit manusia tepatnya di sekitar lubang bekas gigitan.
"Perkembangannya terjadi dalam waktu yang cukup lama, bisa bertahun-tahun," kata Helena.
Penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial, yaitu wucheria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori.
Hingga saat ini, lanjut Helena, telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular penyakit kaki gajah.
Selain faktor tersebut, lingkungan juga berperan menjadi media penyebaran penyakit tersebut. Misalnya wilayah persawahan, rawa-rawa, genangan air dan lain sebagainya, sebagai tempat berkembang biak nyamuk.
Di wilayah Kabupaten Pacitan sendiri sejauh ini baru diketahui enam kasus filariasis yang kesemuanya berasal dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Kebonagung dan Donorojo.
Data terbaru mengenai jumlah penderita filariasis saat ini masih diteliti oleh tim survey dari Ditjen P2PL Depkes RI yang telah berlangsung sejak Kamis (12/11) dan rencananya berakhir Sabtu (14/11) besok.
Sebanyak 1.000 warga akan dijadikan sampel. Tapi hingga hari ini ditulis, tim survey P2PL Depkes RI baru menyelesaikan separuh dari jumlah total populasi sampel.
Diharapkan, dari hasil survei tersebut nantinya akan diketahui daerah tersebut menjadi endemis penyakit kaki gajah atau tidak.
"Daerah jadi endemis filariasis jika jumlah penderita yang ditemukan satu % dari total populasi sampel," kata Helena.
Dia tidak lupa mengingatkan akan bahaya serius penyakit kaki gajah karena jika penderita membiarkan penyakitnya hingga stadium lanjut (paling tinggi stadium VII), akan beresiko menyebabkan cacat permanen.
Penyakit kaki gajah atau filariasis menurut Helena merupakan penyebab kedua tertinggi kasus-kasus kelumpuhan.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009