Dikutip dari Indie Wire, laporan tahunan BBFC memuat "Joker" yang berada di puncak daftar film yang paling banyak dikeluhkan dengan total 20 keluhan yang diajukan terkait dengan klasifikasi film yang ditujukan untuk usia 15 tahun ke atas.
Mayoritas pengaduan terhadap "Joker" berpendapat bahwa film tersebut seharusnya mendapat peringkat usia 18 tahun ke atas karena adanya "kekerasan dan nuansa (tone)". Sementara, beberapa orang mengatakan bahwa BBFC harusnya melarang penayangan film itu sama sekali.
BBFC mempertahankan peringkat usia 15 tahun ke atas untuk "Joker" karena film "tidak berkutat pada penderitaan rasa sakit atau cedera dengan cara yang terklasifikasi di film dengan rating 18 tahun ke atas."
Baca juga: Pangeran William suka film "Joker"
Baca juga: Nominasi Oscar 2020 hampir didominasi pria, "Joker" memimpin
Sementara "Joker" menerima pengaduan terbanyak pada tahun 2019, jumlah totalnya jauh lebih sedikit daripada jumlah pengaduan film thriller mata-mata "Red Sparrow" yang diterima pada tahun 2018.
Film yang dibintangi Jennifer Lawrence adalah film yang paling banyak dikeluhkan oleh BBFC tentang film pada tahun 2018 dengan 64 keluhan.
Mirip dengan "Joker," mayoritas pengaduan terhadap "Red Sparrow" berpendapat bahwa peringkat umurnya terlalu rendah menyusul tingkat kekerasan yang ditampilkan di film.
Baca juga: Daftar pemenang Golden Globe 2020, "1917" hingga "Parasite"
Baca juga: Terbanyak, "Joker" raih 11 nominasi BAFTA
Jumlah total pengaduan yang diajukan ke BBFC turun hampir setengah dari 2018. Hanya ada 149 total pengaduan yang diajukan pada 2019.
Penurunan keluhan menunjukkan bahwa pemirsa di Inggris semakin tidak terganggu oleh kekerasan film dan tone yang lebih gelap.
Sebelumnya, keluhan terbanyak ditujukan untuk "The Dark Knight" karya Christopher Nolan dengan menerima total 364 keluhan pada tahun 2008. Pengaduan itu membanting BBFC karena memberi "The Dark Knight" peringkat usia 12 tahun.
Keluhan terhadap "Joker" tidak eksklusif di Inggris saja. Film ini pun menimbulkan reaksi di Amerika Utara atas penggambaran kekerasan, sementara beberapa kritikus film mengecam film tersebut karena bersimpati dengan karakter judulnya yang jahat.
Beberapa kritikus bahkan bertanya-tanya sebelum perilisan film pada Oktober 2019, apakah “Joker” dapat mendorong penonton bioskop untuk melakukan tindakan kekerasan.
Sutradara Todd Phillips membela penggambaran film kekerasan dalam beberapa wawancara, dengan alasan film tersebut menunjukkan efek kekerasan dunia nyata dan bukan pembunuhan massal PG-13 ala "kartun" yang terlihat dalam film seperti "The Avengers" dan "John Wick."
Baca juga: Oscars 2020 resmi kembali digelar tanpa pemandu acara
Baca juga: "Joker" akan kembali ditayangkan di bioskop
Penerjemah: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020