Denpasar (ANTARA News) - Medis estetika merupakan bidang ilmu yang luas, tidak saja menangani masalah keluhan penyakit kulit atau operasi plastik melainkan untuk perawatan fisik.

"Dari disiplin ilmu kedokteran tidak terbatas pada dokter spesialis saja. melainkan semua dokter. Karena dalam penanganannya sesuai dengan kobutuhan dari pasien tersebut," kata Ketua Perhimpunan Estetika Indonesia (Perdesti) Pusat, Dr Teguh Tanuwidjaja di Denpasar, Jumat.

Di sela acara Musyawarah Nasional II Perdesti itu, ia mengatakan, perkembangan dalam penanganan penyakit maupun konsultasi ke medis estetika sudah semakin berkembang di dunia, termasuk juga di Indonesia.

"Itu menunjukkan bahwa orang sudah semakin sadar akan pentingnya kesehatan termasuk juga estetika dalam kehidupannya," katanya.

Artinya manusia di muka dunia ini dalam kehidupannya telah berupaya mencari dan menjaga tubuhnya agar tetap bugar dan sehat.

Menyinggung perkembangan salon kecantikan yang menawarkan program sehat dan penuaan dini (anti-aging), ia mengatakan, warga masyarakat harus memperhatikan iklan tersebut, apakah dalam penanganan tersebut dilakukan pengawasan dokter atau tidak.

"Semestinya warga harus mencari tahu, jangan mudah tergoda dengan iklan. Penanganan yang diberikan oleh salon kecantikan itu sudah melalui aturan yang benar dan diawasi oleh dokter," ujarnya.

Teguh mengatakan, biasanya salon kecantikan melakukan tindakan non medis, dalam artinya tidak ada melakukan tindakan medis.

"Jika salon tersebut sampai melakukan tindakan medis, seperti penyuntikan obat-obatan dengan alasan agar awet muda atau menyedotan lemak tubuh dengan alat tertentu, warga harus waspada," ucapnya.

Dikatakan, jika sampai itu terjadi, sudah tentu melakukan pelanggaran etika bahkan aturan kedokteran, karena untuk melakukan penyuntikan maupun penyedotan lemak tubuh merupakan bagian tindakan bedah.

"Langkah yang dilakukan oleh salon kecantikan seperti itu sudah jelas-jelas melanggar aturan. Karena yang boleh melakukan bedah adalah dokter spesialis dibidangnya," kata Teguh.

Oleh karena itu, jika warga ingin mendapatkan pelayanan estetika dalam kehidupannya sebaiknya kunjungi rumah sakit atau klinik yang menyediakan fasilitas seperti itu.

"Kecendrungan masyarakat Indonesia ingin mendapatkan estetika hidupnya rela mengkonsumsi atau menggunakan kosmetika murahan atau tidak jelas yang memproduksi," ujarnya.

Terkadang warga masyarakat dalam hitungan hari bisa saja kulit wajahnya tampak indah dan putih namun lama-kelamaan malah mukanya menderita sakit atau kusam.

"Disinilah pentingnya warga agar mendapat informasi yang benar dalam menangani permasalahan tersebut, sehingga tidak sampai menimbulkan efek samping," ujarnya.

Teguh menambahkan, hingga saat ini organisasi yang dipimpinnya mencapai 856 orang yang tersebar seluruh Indonesia.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009