Bekasi (ANTARA News) - Sebanyak 16 adegan diperagakan dalam rekonstruksi kasus terorisme di Perumahan Puri Nusa Phala Jalan Citra Raya Blok D 12 RT 4 RW 12, Jatiluhur, Jatiasih, Kota Bekasi, Jabar, Kamis.

Adegan tersebut diperagakan tersangka teroris Amir Abdillah di hadapan Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri.

Amir Abdillah menyatakan, paket bom yang tengah dipersiapkan itu rencananya akan digunakan untuk diledakkan di kediaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Rekonstruksi di `safe house` jaringan Noordin M Top tersebut disaksikan banyak warga yang ingin tahu proses terjadinya penggerebekan yang mengakibatkan tewasnya dua teroris.

Dalam rekonstruksi yang berlangsung selama dua jam dari pukul 13.00 WIB tersebut diketahui, persiapan untuk melakukan peledakan cukup intensif.

Pada rekonstruksi, sembilan adegan dilakukan di bagian dalam rumah yang disewa oleh Ahmad Ferry tersebut. Sembilan adegan ini seperti, merakit bahan peledak, di antaranya, sulfur, potasium, TNT, cairan kimia, dan aki mobil.

Reka itu dilakukan di kamar belakang rumah oleh Amir Abdillah, Ibrohim, Tono dan Dayat.

Dari empat pelaku yang beradegan tersebut, hanya Amir Abdillah yang diperankan secara langsung, sementara tiga pelaku lainnya dilakukan oleh peran pengganti dari tim Densus 88 Anti Teror.

Tono dan Dayat merupakan identitas baru dalam jaringan Noordin M Top yang hingga kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).

Setelah melakukan adegan kesembilan, adegan ke-10 hingga 16 dilakukan di luar rumah tersebut. Adegan tersebut seperti, Amir bersama Tono datang membawa mobil Daihatsu Zebra pick-up warna merah dari Cikampek yang sedianya akan digunakan sebagai bom mobil.

Seorang warga, Ny. Rini, yang berdekatan tinggal dengan TKP mengharapkan setelah rekonstruksi barang-barang seperti mobil pick-up yang selama ini terparkir dirumah tersebut bisa ditarik aparat.

"Kita akan merasa senang bila barang bukti sudah tidak terlihat lagi disini. Selama ini sih masih ada kekhawatiran warga," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009