Tanjungpinang (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Tanjungpinang memastikan Provinsi Kepulauan Riau aman dari virus flu babi baru (G4 EA H1N1) yang sebelumnya ditemukan oleh para peneliti di China.
"Secara umum di Indonesia pun belum pernah ditemukan virus flu babi baru yang diklaim berpotensi menjadi pandemi itu," kata Koordinator Pengawasan dan Penindakan BKP Tanjungpinang, Khalid, Jumat (17/7).
Khalid mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir dengan ancaman virus tersebut, karena secara topografi, Provinsi Kepri sangat menguntungkan untuk menjaga penyeberluasan virus itu sebab berupa pulau-pulau.
Apalagi di Provinsi Kepri, kata dia, tidak terdapat peternakan hewan berskala besar. Kecuali di Pulau Bulan, Batam, yang sudah sejak lama jadi sentral ternak babi buat ekspor ke Singapura.
Baca juga: Pemkot Batam kontrol kesehatan babi di Pulau Bulan
Baca juga: Kementan-Kemenkes bersinergi, waspadai virus flu babi baru
"Kalau untuk Pulau Bulan, Biosekuriti-nya sudah bagus," ungkap Khalid.
Baru-baru ini, lanjutnya, BKP Tanjungpinang juga sudah melakukan supervisi sistem biosekuriti PT ITS selaku pengelola Pulau Bulan yang bergerak di bidang agrobisnis peternakan babi.
Menurutnya, PT. ITS telah menerapkan sistem yang komprehensif, namun aspek evaluasi dan pemantauan kepatuhan terhadap pemenuhan biosekuriti harus segera dibangun.
"PT ITS harus mewaspadai pengiriman pakan, peralatan maupun kenderaan yang berasal dari negara terinfeksi G4 EA H1N1. Disiplin penerapan sistem biosekuriti menjadi kunci keberhasilan untuk mencegah G4 EA H1N1, ASF, maupun penyakit babi lainnya," katanya.
Karantina Pertanian sangat peduli dengan kesehatan dan keamanan komoditas pertanian, keberlangsungan peternakan dalam jangka panjang harus terjaga.
"Bersama kita cegah masuk dan tersebarnya HPHK/OPTK dengan selalu melaporkan setiap lalulintas komoditas pertanian," demikian Khalid.*
Baca juga: Bali waspadai masuknya produk yang berisiko mengandung virus flu babi
Baca juga: Prof. Tjandra: Antisipasi virus flu babi G4 dengan pengawasan
Pewarta: Ogen
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020