Jakarta (ANTARA) - Lembaga penelitian SMERU mengatakan program perlindungan sosial, terutama pada Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan sosial sembako (Bansos sembako), terbukti membantu meminimalkan dampak pandemi COVID-19.

"Adanya PKH dan Sembako ternyata telah menjadi jaring pengaman bagi mereka," kata peneliti SMERU Hastuti dalam Seri Webinar Implementasi Program Perlindungan Sosial di Indonesia pada Masa Pandemi COVID-19, Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan hasil studi yang mereka lakukan menemukan bahwa pandemi benar-benar berdampak negatif terhadap masyarakat, terutama masyarakat miskin.

"Mereka mengalami kehilangan pekerjaan, kemudian juga penurunan penghasilan," katanya.

Baca juga: SMERU: Program PKH dan sembako belum sepenuhnya tepat sasaran

Baca juga: Bank Dunia imbau RI lakukan sinkronisasi data penyaluran stimulus

Dalam rangka mengurangi dampak tersebut, masyarakat miskin ternyata melakukan berbagai upaya secara mandiri, dengan mengurangi pengeluaran, menambah penghasilan dan ada juga yang berutang atau menggunakan tabungan.

Meski demikian, Hastuti menemukan dari hasil studinya bahwa program perlindungan sosial seperti PKH dan sembako ternyata mampu menjadi jaring pengaman bagi mereka.

"Dari data ada salah satu kutipan yang kami ambil dari responden PKH di Kabupaten Badung. Katanya dia pusing, dia bingung menghadapi pandemi ini. 'Makanya saya bingung sekali, tapi untungnya masih ada PKH dan sembako. Jadi bisa bantu-bantu'," katanya mengutip pernyataan salah satu penerima PKH.

Ia mengatakan bagi keluarga penerima manfaat (KPM), kedua program tersebut telah membantu meminimalkan dampak yang muncul akibat pandemi. Dari PKH mereka mendapat jaminan penerimaan uang tunai, dan dari program sembako mereka merasa terbantu dalam mengurangi pengeluaran untuk penyediaan pangan keluarga.

Program sembako itu, katanya, mampu mengurangi pengeluaran pangan pokok setiap rumah tangga KPM hingga dua pekan dalam setiap bulan. Kemudian, program sembako itu juga memungkinkan KPM untuk mendapatkan variasi konsumsi dan kecukupan gizi.

Dari hasil pengolahan data Susenas 2019 menunjukkan bahwa kedua program tersebut berkontribusi terhadap nilai pengeluaran makanan bagi kelompok rumah tangga 20 persen warga termiskin di Indonesia, yaitu dari PKH sekitar 25 persen dan dari program sembako 10 persen.

Sementara itu, pada 2020 ketika didera pandemi COVID-19, kedua program bantuan tersebut juga berkontribusi terhadap nilai pengeluaran keluarga miskin hingga 20 persen.

"Jadi kalau untuk kondisi saat ini dari program sembako saja sekitar 20 persen," demikian Hastuti.*

Baca juga: KPK bahas pembagian bansos COVID-19 di Balai Kota Jakarta

Baca juga: Sri Mulyani: Anggaran perlindungan sosial terealisasi Rp72,5 triliun

Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020