Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan dr Andika Chandra Putra menyarankan kepada pemerintah untuk melakukan upaya mitigasi lebih awal dan maksimal untuk mencegah setiap indikasi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di tengah pandemi COVID-19.
"Jadi tentu yang terpentingkan adalah mitigasi, baik mitigasi dari sisi karhutla, maupun mitigasi dari sisi COVID-19 sendiri," kata Andika melalui sambungan telepon dengan ANTARA Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan pemerintah perlu melakukan upaya pencegahan potensi karhutla yang pada beberapa tahun sebelumnya biasanya terpicu oleh kekeringan akibat musim kemarau pada periode Juli, Agustus dan September.
Baca juga: BPPT modifikasi cuaca di Kalimantan antisipasi karhutla
Pencegahan itu, katanya, perlu dilakukan mengingat pandemi COVID-19 yang masih berlangsung dan dapat memperparah kesehatan masyarakat jika karhutla sampai terjadi.
"Jadi kalau kita sudah mengetahui Juli, Agustus dan September itu merupakan masa-masa kemarau sehingga potensi karhutla lebih besar tentu kita perlu melakukan pencegahan lebih awal lagi," katanya.
Baca juga: Sumsel kerahkan seluruh kekuatan cegah dan atasi karhutla
Upaya mitigasi, katanya, perlu dilakukan di daerah-daerah yang sering terjadi karhutla, misalnya di daerah-daerah yang memiliki lahan gambut, sehingga potensi karhutla dapat segera ditanggulangi.
Andika mengatakan mitigasi juga dapat dilakukan dengan mengupayakan modifikasi cuaca dengan hujan buatan lebih awal, selain juga sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar untuk tidak melakukan pembakaran liar.
Baca juga: 5.744 personel siap dilibatkan untuk antisipasi Karhutla Jambi
"Ada juga pembakar-pembakar hutan liar misalnya, itu juga harus ditindak tegas jika sampai melakukan pembakaran," katanya.
Sementara itu, bagi masyarakat yang berada di daerah-daerah rawan potensi asap karhutla, Andika menyarankan untuk mengurangi kemungkinan risiko paparan dengan menyediakan pelindung atau penutup pada jendela untuk membatasi masuknya asap ke dalam rumah.
Ia juga menyarankan agar masyarakat memakai masker baik saat di luar rumah atau ketika di dalam rumah jika pada kemungkinan skenario terburuk sampai terjadi karhutla.
"Jadi gunakan masker. Dan kalau memang tingkat keparahan gasnya sangat berat, pindah dari daerah tersebut. Sebelum itu semua, tentu mitigasi yang lebih penting untuk meencegah sampai terjadinya karhutla," katanya.
Ia mengatakan potensi asap karhutla dapat mengganggu mekanisme pertahanan tubuh sehingga mempermudah risiko seseorang terkena COVID-19.
Untuk itu, upaya mitigasi perlu dilakukan lebih dini dan lebih maksimal untuk benar-benar mencegah kemungkinan kondisi yang lebih buruk.
Pewarta: Katriana
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020