Jakarta (ANTARA News) - Ekonom dari Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H Wibowo menilai, program pembiayaan baik melalui pinjaman dalam negeri maupun luar negeri berjalan sendiri seharusnya mengikuti perkembangan belanja dan penerimaan negara.
"Artinya manajemen likuiditas harus diperbaiki, ke depan profil belanja negara harus seimbang dengan penerimaan sehingga tidak perlu menggenjot pembiayaan terlalu tinggi," kata Dradjad saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, target belanja yang tidak tercapai sementara pembiayaan terus digenjot justru akan menimbulkan masalah baru.
"Pembiayaan selama ini dari pinjaman luar negeri dan penjualan SUN. Profil pembiayaan juga harus seimbang dengan rencana belanja," katanya.
Ia menyebutkan, besarnya pembiayaan termasuk dari pinjaman luar negeri kemungkinan karena sudah telanjur ada komitmen dengan kreditur atau investor SUN sehingga roda pembiayaan jalan sendiri, tidak mengikuti roda belanja dan penerimaan.
Ia menyebutkan, jika belanja negara termasuk stimulus fiskal dipaksakan dalam dua bulan terakhir ini, hasilnya tidak akan efektif dan justru menimbulkan dampak inflatoir.
"Penerimaan pajak rendah mengapa kok belanja digenjot, sebaiknya belanja tidak perlu dipaksakan karena bisa inflatoir," tegasnya.
Ia menyebutkan, dengan adanya defisit yang rendah tapi pembiayaannya sangat besar, maka kalau pemerintah kembali menarik pembiayaan besar di 2010, akan ada faktor yang membebani yaitu perkiraan suku bunga akan naik lagi.
Menurut dia, jika belanja negara digenjot di akhir tahun, akan menimbulkan inflatoir yang justru mempercepat kenaikan suku bunga.
"Padahal kita sekarang lagi butuh suku bunga yang rendah. Kalau pemerintah menggenjot di akhir tahun, suku bunga bisa naik di awal tahun nanti," katanya.
Sementara itu Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, belanja kementerian/lembaga didorong untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai harapan.
"Jangan selalu beranggapan bahwa defisit bisa ditekan karena anggaran tak terbelanjakan. Bisa juga karena adanya penghematan," katanya.
Sebelumnya Depkeu memperkirakan defisit 2009 akan mencapai sekitar 2,2 persen-2,4 persen dari PDB atau sekitar Rp116,9 triliun hingga Rp128,6 triliun.
Pembiayaan atas defisit itu akan berasal dari pembiayaan dalam negeri Rp133,6 triliun-Rp145,3 triliun dan pembiayaan luar negeri Rp16,7 triliun.
Perkiraan defisit sebesar 2,2-2,4 persen berasal dari perhitungan perkiraan pendapatan negara dan hibah sebesar Rp838,4 triliun-Rp832 triliun sementara belanja negara mencapai Rp955,2 triliun-Rp960,6 triliun.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009