Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan mobile broadband high speed packet access (HSPA) di berbagai negara di dunia meningkat hingga 75 persen dibanding tahun lalu, atau bertambah 9 juta sambungan baru per bulan.

"Setiap bulan ada penambahan 9 juta lebih sambungan HSPA baru di seluruh dunia, dibandingkan yang terjadi setahun sebelumnya yang hanya 5,5 juta per bulan," kata Senior Director of Service GSM Association, Jaikishan Rajaraman, dalam konferensi pers di hadapan wartawan di Hotel Mulia Jakarta, Rabu.

Rajaraman yang juga anggota dewan direksi Open Mobile Alliance itu mengatakan, untuk wilayah Eropa dan Asia-Pasifik diperkirakan penambahannya masing-masing 3 juta sambungan baru per bulan, sedangkan sambungan baru untuk Amerika Utara diprediksi 1,3 juta.

"Kebutuhan mobile broadband terus meningkat, bahkan diperkirakan akan ada 27 tambahan sambungan HSPA lagi pada akhir 2009 nanti," kata lulusan bidang keuangan teknik dari National University of Singapore itu.

Ia menegaskan, perkembangan tercepat akan terjadi di Afrika, Eropa Timur, dan Amerika.

Saat ini terdapat 321 jaringan HSPA di 120 negara di seluruh dunia dan 285 jaringan di antaranya sudah digunakan secara komersial untuk mendukung lebih dari 167,5 juta koneksi.

"Jaringan ini ditunjang oleh lebih dari 1.600 perangkat berteknologi HSPA, termasuk ponsel pintar, netbook, dan notebook PCs, serta dongles yang mengirimkan sambungan internet ke semua pengguna di seluruh dunia," katanya.

Ia berpendapat, teknologi berbasis HSPA terus tumbuh secara fenomenal berkat ribuan operator, vendor, aplikasi, serta penyedia layanan turut mendukung hadirnya jaringan yang dinilai handal dan kompetitif tersebut.

Jaringan itu nantinya juga akan mencakup teknologi GSM generasi berikutnya yakni HSPA+ dan LTE.

Teknologi-teknologi terbaru itulah yang akan meningkatkan kecepatan akses data yang mendukung layanan operator semakin berkualitas, melalui penyediaan aplikasi multimedia yang kaya fitur.

Pihaknya bahkan meyakini pada 2014 nanti, setiap bulan perangkat seluler akan mengakses data lebih banyak dibandingkan yang terjadi di sepanjang 2008.

"Tiga perempat dari lalu lintas data ini akan disambungkan dengan akses internet, sementara sisanya akan tersambung melalui audio dan video streaming," katanya.

Menurut dia, itu pertanda terjadi perubahan signifikan yang menunjukkan bahwa mobile broadband akan lebih banyak digunakan pada tahun-tahun mendatang.

HSPA+

Secara global, teknologi HSPA+ yang selangkah di depan dibandingkan HSPA telah diimplementasikan di beberapa negara di dunia. Secara global, saat ini terdapat 54 jaringan HSPA+ dengan 28 di antaranya telah dikomersialisasi.

Sementara itu, sebanyak 50 operator di seluruh dunia bahkan sudah menyatakan rencananya untuk beralih dan melakukan uji coba LTE yang diharapkan mulai diperkenalkan awal tahun depan.

LTE sendiri secara luas dianggap sebagai teknologi mobile broadband de facto yang akan diadopsi oleh mayoritas operator di seluruh dunia.

"Apakah operator perlu beralih ke HSPA+ atau langsung ke LTE, yang pasti semua operator di dunia dipastikan akan menggunakan teknologi GSM untuk memenuhi tingginya kebutuhan layanan mobile broadband untuk berbagai perangkat telepon genggam," katanya.

Pihaknya sendiri yakni GSMA merupakan organisasi yang mewakili kepentingan industri komunikasi seluler di seluruh dunia.

Di Indonesia teknologi HSPA+ yang mampu mengunduh data hingga kecepatan 21 Mbps sudah mulai diimplementasikan oleh salah satu operator yakni Indosat.

Rencananya, mulai akhir tahun ini, BTS Indosat di Jabodetabek sudah meng-cover jaringan berteknologi terkini tersebut.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009