Magelang (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan desa bersaudara atau "sister village" cukup efektif diterapkan dalam pengungsian warga desa lereng Gunung Merapi dengan desa lain untuk mengurangi risiko dampak letusan Gunung Merapi.
"Sister village tetap harus diterapkan, harus dijaga, tinggal kita tambahi ilmu baru tentang protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19," kata Ganjar Pranowo usai bertemu dengan Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito di Kantor Wali Kota Magelang untuk mengetahui perkembangan COVID-19 di Kota Magelang, Kamis.
Baca juga: 2 hari gempa vulkanik dangkal, BNPB imbau warga waspada erupsi Merapi
Baca juga: Gunung Merapi keluarkan guguran pada Rabu malam
Ganjar menyampaikan hari ini dirinya juga akan mengecek kesiapan di Kabupaten Magelang seandainya harus ada pengungsian terkait perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
"Kemarin kami sudah melihat kesiapan di Klaten dan Boyolali. Semua kita minta untuk melakukan simulasi seandainya harus ada pengungsian, karena sedang pandemi COVID-19, maka perlu latihan," katanya.
Menurut dia, tempat pengungsian perlu mencontoh di Jepang, jika ada hall diberi pembatas dengan kardus, jadi per keluarga.
Ia menuturkan dengan adanya pandemi COVID-19 sistem perlu ditata ulang, termasuk dalam pengungsian, kalau dulu sudah baik-baik menjadi takut atau ada kekhawatiran, maka perlu terus dilakukan edukasi kepada masyarakat.
Baca juga: Antisipasi bencana Gunung Merapi, DIY perkuat "Desa Bersaudara"
"Sister village sangat efektif, namun dengan adanya pandemi COVID-19 ini ada kekhawatiran, sehingga sebagian warga tidak mau, maka harus diberikan pemahaman," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020