Banda Aceh (ANTARA News) - Orang tua dan wali murid tetap mendesak Pemerintah Aceh agar tim sepakbola junior yang kini sedang belajar di Paraguay dipulangkan sementara untuk memulihkan trauma yang mereka alami selama ini.
"Kami tetap menuntut agar anak-anak dipulangkan sementara untuk memulihkan trauma dan mengembalikan kepercayaan diri mereka," kata Asri Sulaiman, mewakili para orang tua dan wali tim junior Aceh ketika bertemu dengan tim 11 di Banda Aceh, Selasa.
Tim 11 yang dipimpin Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Aceh T Rayuan Sukma akan bertolak ke Paraguay tanggal 14 November 2009 untuk menyelesaikan persoalan yang menimpa tim junior Aceh.
Sebelum berangkat, tim 11 bertemu dengan orang tua dan wali yang berumlah 27 orang. Pada pertemuan tersebut mereka menyampaikan tiga tuntutan, yakni pulangkan anak-anak, ganti rekanan dan minta jaminan perlindungan.
Asri menyatakan, kondisi anak-anak sekarang ini cukup memprihatinkan, mereka sudah tidak percaya diri lagi, akibat pemberitaan negatif yang disiarkan televisi setempat.
"Sekarang ini, anak-anak dalam pengawasan Kementrian HAM dan perlindungan anak Paraguay, menyusul insiden antara mereka dengan pihak kepolisian setempat," ujarnya.
Mengenai rekanan, Asri juga menegaskan bahwa PT Sanchezgol Manajemen harus diganti, karena dinilai tidak bertangungjawab.
"Laporan yang kami terima dari anak-anak pihak Sanchezgol tidak mempedulikan mereka selama berada di Paraguay," katanya.
Contonya pada saat terjadi insiden dengan polisi, pihak manajemen pada waktu itu tidak di tempat, sehingga tidak ada yang bertanggungjawab, sehingga keselamatan jiwa anak-anak terancam.
Sementara itu, Rayuan Sukma yang didampingi Sofyan Dawood menyatakan, tim 11 akan mempertimbangkan tuntutan para orang tua dan wali, setelah melakukan penyelidikan di Paraguay.
"Kita akan mencari tahu apa sebenarnya yang diinginkan anak-anak, apakah benar pihak rekanan PT Sanchezol tidak bertanggungjawab," katanya.
Apabila PT Sanchezgol tidak bertanggungjawab, maka Pemerintah Aceh tidak akan memperpanjang kontrak yang akan berakhir Desember 2009, katanya.
Mengenai kepulangan anak-anak, Rayuan menyatakan, sepertinya suit ntuk direalisasikan, karena membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk sekali berangkat saja minimal membutuhkan dana Rp1,2 miliar.
"Sebenarnya ada program setiap tahun pulang, tapi pihak DPRA tidak setuju," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009