Pyongyang (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Korea Utara (Korut) meminta Korea Selatan (Korsel) untuk menyampaikan permintaan maaf atas bentrokan antar kapal angkatan laut kedua negara, kata sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Komando Tertinggi Angkatan Darat Korut.

Laporan itu menyebtukan militer Korsel sepatutnya "menyampaikan permintaan maaf kepada Korut dan "mengambil langkah tanggungjawab terhadap berulangnya provokasi seperti terjadi di masa lalu," kantor berita Korut, KCNA.

Laporan itu menyebut bentrokan itu sebagai "provokasi bersenjata" dan mengatakan bentrokan itu ditimbulkan oleh pasukan Korsel di perairan sisi utara lepas pantai barat kepulauan itu, namun tidak menjelaskan apakah terdapat korban jiwa.

Menurut versi laporan bentrokan itu, Korut mengumumkan bahwa sebuah perahu patroli angkata laut, yang sedang melakukan "patroli pengawasan rutin" dan ingin menkonfirmasi obyek yang tidak dikenal yang memasuki wilayah perairan Korut sekitar pukul 11:20 waktu setempat, sekelompok pasukan kapal tempur Korsel mengejar dan melepaskan tembakan terhadap kapal patroli Korut.

Beberapa media internasional melaporkan, bentrokan itu terjadi di dekat Tapal Batas Bagian Utara (Northern Limit Line (NLL), yang secara sepihak ditetapkan oleh pasukan PBB yang dipimpin AS pada akhir Perang Korea, namun tidak diakui oleh Korut.

Korut dan Korsel sebelumnya tejadi dua kali terlibat bentrokan di dekat NLL, yaitu pada 1999 dan 2004.

Sebaliknya kantor berita Korsel Yonhap mengutip pejabat Korsel mengatakan satu kapal patroli Korut menyeberangi perbatasan yang disengketakan kedua negara di Laut Kuning, yang memicu angkatan laut Korea Selatan melepaskan tembakan-tembakan peringatan.

"Kapal korut itu terus saja berlayar memasuki wilayah Korsel dan angkatan laut Korsea Selatan melepas tembakan ke arahnya, dan kemudian terjadi bakutembak sengit," kata pejabat Korsel tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Bentrokan tersebut terjadi sepekan sebelum Presiden Amerika Serikat Barack Obama dijadwalkan akan tiba di Korea Selatan, sebagai bagian dari kunjungannya ke Asia.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009