Paling buruknya terjadi outbreak
Makassar (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Sulawesi Selatan menyiapkan sejumlah rumah sakit umum untuk mengantisipasi outbreak atau lonjakan wabah terhadap kasus COVID-19 di wilayah itu.
"Paling buruknya terjadi outbreak. Sekarang di Makassar ada 20 RS dan 40 RS se Sulawesi Selatan. Itu bisa kita maksimalkan," ungkap Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Sulawesi Selatan, Prof Dr dr Syafri Kamsul Arif di Makassar, Kamis.
Menurut Prof Syafri, bukan tidak mungkin beberapa rumah sakit yang di awal munculnya kasus COVID-19 ikut kembali menangani pasien COVID-19 jika outbreak itu terjadi. Misalnya RS Haji, RS Tajuddin Chalid dan RS Plamonia yang semuanya sudah menjadi rujukan nasional.
Sebab pada kenyataannya saat ini, Prof Syafri mengungkapkan bahwa saat ini lima RS rujukan utama COVID-19 di Makassar Sulsel masuk kategori hampir penuh.
Lima rumah sakit rujukan tersebut yakni RSUP Wahidin Sudirohusodo, RSKD Dadi Makassar, RSUD Sayang Rakyat, RSUD Labuan Baji dan RSUD Daya Makassar.
Baca juga: Gubernur Sulsel minta pemda kompak turunkan kurva kasus COVID-19
Baca juga: Pasien positif COVID-19 di Sulsel melonjak 180 kasus
"RS Labuan Baji masih ada spasi atau tempat tidur kosong, kalau RS Dadi memang penuh, tetapi beberapa yang kami sampaikan RS inti memang juga bisa jadi rumah sakit utama," katanya.
Terkait dengan laju kurva positif di Sulsel, Pemerintah Provinsi Sulsel telah menyiapkan beberapa rumah sakit penyangga, ditambah instruksi oleh Gubernur Sulsel, Prof HM Nurdin Abdullah untuk menambah jumlah hotel sebagai tempat isolasi mandiri.
Prof Syafri mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa terdapat tiga hal yang harus dilakukan yakni 3T berupa testing, tracing dan treatment. Testing dan tracing saat ini sedang dimaksimalkan Pemprov Sulsel.
"Nah untuk treatment, yakni penguatan kapasitas jika terjadi outbreak. Artinya kita siap dengan segala keadaan untuk menampung masyarakat yang terpapar," ujarnya
Menanggapi outbreak yang bisa saja terjadi di Sulsel, Pakar Epideomologi Unhas, Prof Ridwan Amiruddin mengemukakan ada tiga jenis klaster penyebaran yang berkembang di masyarakat yakni klaster tenaga kesehatan, klaster yang belum jelas dari mana asalnya (sporadis) dan klaster yang bekerja di GTPP COVID-19 Makassar maupun Provinsi Sulsel.
"Untuk mengendalikan klaster nakes harus diantisipasi melalui pertukaran peralatan medis, termasuk pada penularan komunitas yang tidak jelas sumbernya sehingga menjadi wajib untuk menggunakan masker yg benar," ujarnya.
Baca juga: Kasus COVID-19 di Sulawesi Selatan capai 5.001
Baca juga: Klaster LP Wanita penyumbang jumlah positif COVID-19 Sulawesi Selatan
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020