Pasukan gabungan dari 700 tentara Afghanistan dan 50 tentara NATO telah membersihkan sejumlah desa gerilyawan, menewaskan lebih dari 130 gerilyawan termasuk delapan komandan Taliban dalam operasi lima hari itu, kata jurubicara NATO Letnan Kolonel Todd Vician.
Gubernur provinsi Kunduz Mohammad Omar menjelaskan pada Reuters, pasukan gabungan itu telah membunuh 133 gerilyawan dalam operasi tersebut, yang terjadi di dan sekitar distrik Char Dara di Kunduz.
Namun, jurubicara Taliban Zabibullah Mujahid menyatakan hanya lima gerilyawan yang tewas, dan menyebutkan korban tewas yang diberikan oleh para pejabat Afghanistan dan NATO itu "propaganda".
Pasukan pimpinan-NATO telah mengerahkan serangan udara terhadap gerilyawan bersenjata, tapi yakin tidak ada warga sipil diantara orang-orang yang tewas itu, kata Vician. Tidak ada tentara NATO atau Afghanistan yang tewas, ia menambahkan.
Provinsi Kunduz sebagian besar dipatroli oleh kesatuan Jerman dari pasukan NATO, yang gagal mencegah gerilyawan Taliban merebut kekuasaan di banyak desa perkotaan dalam beberapa bulan belakangan.
Distrik Char Dara adalah tempat insiden paling mematikan yang melibatkan tentara Jerman sejak Perang Dunia II. Pada awal September, seorang pejabat Jerman memerintahkan serangan udara AS yang pemerintah Afghanistan katakan telah menewaskan 30 warga sipil dan juga 69 gerilyawan.
Jerman mengakui pekan ini untuk pertama kalinya bahwa sejumlah warga sipil telah tewas dalam serangan udara itu, dan tidak semua prosedur diikuti dengan benar, tapi mengatakan serangan udara dibutuhkan untuk mencegah serangan bunuh diri oleh gerilyawan yang mencuri trek bahan bakar.
Insiden itu juga menarik perhatian pada perluasan cepat kekuasan Taliban di Kunduz, salah satu provinsi tempat NATO menyatakan gerilyawan telah membuat perolehan tahun ini, memperluas markas selatan dan timur ke wilayah utara dan barat yang pernah tenang.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009