Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang Krisna Dwi Setiawan memperkirakan, rupiah sulit untuk mencapai angka 9.200 per dolar AS, meski saat ini sudah mencapai angka 9.400 per dolar.

"Dolar masih tetap merupakan mata uang yang diminati dunia. Memang saat ini terkoreksi oleh sejumlah mata uang regional, namun dunia tetap memerlukan mata uang itu sebagai alat tukar utama dunia," katanya di Jakarta, Senin.

Krisna Dwi Setiawan mengatakan, sejumlah negara-negara Timur Tengah memang telah menggunakan euro sebagai pengganti dolar, namun belum berarti dolar tersebut akan hilang dari pasaran.

China saat ini mempunyai cadangan dolar sebanyak 1 triliun dolar , sehingga persoalanya adalah apakah China akan mengganti dolar menjadi euro , katanya.

Hot money asing yang masuk ke Indonesia, menurut dia, memang memicu rupiah menguat hingga di level 9.400, namun sentimen positif itu akan terhambat oleh berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri.

"Kami optimis rupiah hanya mampu mendekati angka 9.300 per dolar, namun kemudian kembali melemah, " ucapnya.

Krisna Dwi Setiawan yang merupakan analis PT Valbury Asia Sekurities mengatakan, pelaku asing saat ini melakukan berbagai investasi dengan membeli emas, komoditas, dan minyak selain membeli rupiah.

Hal ini yang membuat dolar di pasar dunia cenderung melemah, seiring dengan makin membengkaknya defisit anggaran belanja Amerika Serikat, katanya.

Meski demikian, lanjut dia dolar masih sangat dibutuhkan sebagai nilai tukar mata uang seperti Indonesia yang harus membayar utang kepada kreditor dengan menggunakan dolar.

Karena itu peluang rupiah untuk bisa mencapai angka 9.200 per dolar pada akhir tahun diperkirakan sangat kecil, ucapnya.

Pengamat pasar uang lainnya, Edwin Sinaga juga mengatakan, tidak yakin rupiah akan berada di angka 9.200 per dolar.

Pergerakan rupiah yang menguat akan terhambat oleh berbagai kasus yang terjadi di dalam negeri seperti kasus "cicak vs buaya" yang masih berlanjut.

Kasus KPK lawan Polri kemungkinan akan berlangsung lama, karena sampai saat ini Tim Delapan masih belum dapat informasi siapa yang berbuat kejahatan itu.

"Kami optimis pelaku pasar terganggu oleh kasus itu dan mereka akan hati-hati untuk bermain di pasar uang maupun pasar saham," ucapnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009