London (ANTARA News/AFP) - Dukungan rakyat Inggris bagi perang di Afghanistan turun, sementara lebih dari 40 persen tidak mengerti mengapa tentara Inggris berperang di sana, kata jajak pendapat, yang disiarkan pada Minggu Kenangan.
Sekitar 64 persen menyetujui bahwa Inggris tak mungkin menang perang di Afghanistan, naik enam persen dari Juli, sementara 27 persen tidak setuju, turun empat persen. Sepuluh persen mengatakan tidak tahu.
Jumlah sama menyatakan tentara Inggris sebaiknya ditarik secepat mungkin, dengan 63 persen setuju dan 31 persen tidak setuju.
Sekitar 54 persen merasa mempunyai pengertian baik tentang tujuan perang di Afghanistan, dengan 42 persen tidak setuju.
"Secara keseluruhan, ada pengertian bahwa Afghanistan untuk (Perdana Menteri Inggris) Gordon Brown seperti Irak untuk (pendahulunya) Tony Blair," kata Andrew Hawkins, kepala pelaksana jajak pendapat ComRes.
Lebih dari empat dari 10 petanggap tidak mengerti tugas Inggris; membuat dukungan pada kehadiran Inggris di sana surut jauh, dan sebagian besar menanggapi pemilihan presiden sangat buruk.
Hasil itu mengisyaratkan bahwa hasil perang itu harus mempunyai dampak pada dukungan Buruh, karena pendukung inti partai itulah yang sangat kuat menentangnya.
Sementara itu, 52 persen setuju bahwa "kadar korupsi di pemilihan presiden baru-baru ini menunjukkan perang di Afganistan tidak layak untuk dilakukan. Tigapuluh enam persen membantahnya.
"Ini kemungkinan besar merusak bagi alasan pemerintah untuk perang," kata Hawkins.
ComRes meninjau 1.009 orang dewasa dari umur dan kelas masyarakat berbeda di seluruh Inggris untuk siara televisi BBC "The Politics Show".
Masyarakat Inggris kehilangan kepercayaan bahwa negara mereka dapat menang dalam perang melawan gerilyawan di Afganistan, kata hasil jajak pendapat disiarkan pada tengah Oktober.
Survei YouGov buat saluran 4 News mendapati 48 persen petanggap berpendapat bahwa tentara Inggris takkan menang dalam perang melawan gerilyawan Taliban dan kemenangan tak mungkin diraih, naik dari 36 persen pada Agustus 2007.
Sejumlah 36 persen lagi berpendapat bahwa tentara Inggris takkan menang, tapi kemenangan ahirnya mungkin dicapai, turun tiga angka sejak 2007.
Perang di Afganistan, yang dimulai pada 2001, menyusul serangan 11 September di Amerika Serikat, berkembang kian mematikan dalam beberapa bulan belakangan.
Jajak pendapat tersebut mendapati bahwa 62 persen dari rakyat Inggris ingin tentaranya keluar dari Afganistan dalam waktu satu tahun, turun tiga poin dari 2007, tapi masih dalam margin kesalahan.
Namun, jumlah yang mengatakan tentara Inggris mesti tetap berada di sana selama pemerintah Afganistan ingin mereka di sana naik dari 25 jadi 29 persen.
YouGov mewawancarai 2.042 orang dewasa.
Sejumlah 231 tentara Inggris tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 untuk menggulingkan Taliban.
Bom buatan rumahan, yang dikenal dengan IED dan dipasang di jalan, menjadi pembunuh utama tentara asing di di Afganistan, kata pemimpin politik Barat.
IED menjadi senjata utama Taliban dalam peningkatan perlawanan terhadap lebih dari 100.000 tentara asing di bawah kepemimpinan Amerika Serikat dan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afganistan.
IED itu mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, kata tentara.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009