Makassar (ANTARA News) - Sebanyak 65 desa yang tersebar pada 11 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, hingga saat ini masih tergolong rawan pangan karena di desa itu tidak ada lahan sawah serta terisolasi dari pusat kota kabupaten.
"Desa yang rawan pangan sebagian besar berada di pulau-pulau yang sulit dijangkau transportasi laut, termasuk desa terpencil diperbukitan pengunungan," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Sulsel, Kasim Alwi di Makassar, Kamis.
Menurutnya, desa yang berada di pulau-pulau maupun diperbukitan ini terkait dengan desa miskin yang antara lain berada di kabupaten Pinrang, Pangkep, Wajo, Enrekang, Tanatoraja, Sinjai, Luwu Timur dan kabupaten Pangkep, setiap tahun membutuhkan bantuan pangan guna menghindari terjadinya gizi buruk pada anggota keluarga di daerah itu.
"Belum ditemukan ada warga yang mengalami gizi buruk di desa rawan pangan tersebut, meski pun jumlah masyarakat rawan pangan di provinsi ini mencapai 1,1 juta kepala keluarga," katanya seraya menyatakan, pihaknya sejak tahun 2007 hingga saat ini sudah menggulirkan bantuan modal usaha sebesar Rp6,5 miliar ke 65 desa yang tergolong rawan pangan.
Dana bergulir untuk usaha pangan dan usaha produktif lainnya diberikan agar tidak terjadi kerawanan pangan yang serius yang mengarah kepada gizi buruk akibat tidak makan.
"Setiap desa yang tergolong rawan pangan diberi bantuan dana bergulir sebesar RP100 juta yang bersumber dari APBN," ujarnya dan menambahkan, dana untuk program desa mandiri pangan tidak boleh disalahgunakan sebab tujuannya untuk membebaskan masyarakat pulau maupun yang bermukim diperbukitan dari kerawanan pangan.
Menurut Kasim, angka kerawanan pangan di provinsi berpenduduk sekitar 7,8 juta jiwa ini setiap tahun mengalami penurunan 1,4 persen sedangkan gizi buruk turun sampai 15 persen.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009