sudah ada imbauan untuk menunda kehamilan di masa pandemi COVID-19
Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Yogyakarta menyebut tidak terjadi kenaikan yang signifikan pada angka kehamilan di kota tersebut selama pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak Maret.
“Dari data yang dikumpulkan oleh kader KB, angka kehamilan di Yogyakarta masih cukup stabil, tidak terjadi kenaikan yang signifikan,” kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (KB) Kota Yogyakarta Emma Rahmi Ariyani di Yogyakarta, Senin.
Jumlah kehamilan di Kota Yogyakarta hingga Mei tercatat sebanyak 1.185 kehamilan dari 35.341 pasangan usia subur. Sedangkan pada tahun lalu tercatat sebanyak 1.370 kehamilan dari 38.951 pasangan usia subur.
“Saya kira, angkanya masih cukup stabil jika dibanding tahun lalu. Meskipun demikian, kami tetap melakukan berbagai upaya untuk pengendalian jumlah penduduk. Apalagi sudah ada imbauan untuk menunda kehamilan di masa pandemi COVID-19,” katanya.
Imbauan dari BKKBN terkait penundaan kehamilan di masa pandemi tersebut, lanjut dia, cukup beralasan karena dalam kondisi hamil rentan terjadi penurunan daya tahan tubuh, padahal daya tahan tubuh sangat dibutuhkan untuk menghadapi ancaman infeksi virus.
“Saat hamil, kondisi kesehatan harus benar-benar dijaga. Harus selalu dalam kondisi fit karena jika tidak maka akan sangat berisiko bagi ibu maupun janin yang dikandung,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, ibu hamil harus rutin memeriksakan kandungan ke fasilitas kesehatan. Sedangkan di masa pandemi disarankan hanya ke rumah sakit jika benar-benar memerlukan layanan kesehatan.
“Meskipun seluruh layanan kesehatan di Kota Yogyakarta sudah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, tetapi jika memang tidak penting maka disarankan untuk tidak ke rumah sakit,” katanya.
Baca juga: Pandemi COVID-19 tidak berpengaruh pada angka kehamilan di Bekasi
Baca juga: BKKBN sarankan pasangan suami istri tunda kehamilan di masa pandemi
Upaya sosialisasi terkait penundaan kehamilan selama masa pandemi tersebut, lanjut Emma, dilakukan secara rutin melalui kader KB di wilayah. “Sosialisasinya dilakukan virtual, misalnya melalui percakapan di grup WA,” katanya.
Selain itu, juga dilakukan pengantaran alat kontrasepsi pil dan kondom untuk akseptor KB oleh petugas KB di wilayah. Layanan tersebut hanya untuk akseptor lama, sedangkan akseptor baru tetap wajib mengakses layanan kesehatan.
“Dulu, akseptor KB harus mengambil alat kontrasepsi secara langsung, tetapi karena ada pandemi maka bisa diambil oleh petugas dan dikirim ke rumah,” katanya.
Pada peringatan Hari Keluarga Nasional, Kota Yogyakarta pun mencatatkan tambahan akseptor KB baru sekitar 800 orang dari target awal 303 akseptor baru.
“Kami tetap berupaya semaksimal mungkin untuk mengendalikan jumlah penduduk. Jangan sampai akseptor KB itu terputus,” katanya yang menyebut sekitar 76 persen pasangan usia subur di Kota Yogyakarta menjadi akseptor KB.
Baca juga: Kehamilan yang belum dikehendaki akibat dampak pandemi disoroti BKKBN
Baca juga: Kehamilan di Kaltim selama pandemi COVID-19 naik 35 persen
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020