Pada saat memakamkan, dada saya merasa sesak.
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Kurang lebih sudah empat bulan sejak kasus positif virus corona pertama kali muncul di Indonesia. Virus yang pertama kali merebak di Wuhan, China, itu, saat ini sudah menyebar hampir di seluruh wilayah yang ada di Indonesia.
Tak terkecuali di Kota Malang, Jawa Timur. Pada kota terbesar kedua di Jawa Timur tersebut, hingga saat ini jumlah total kasus positif COVID-19 mencapai 340 kasus, dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 90 orang, sebanyak 224 orang dirawat, dan sebanyak 26 orang dilaporkan meninggal dunia.
Penanganan untuk korban meninggal dunia akibat virus corona, harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Para relawan yang melakukan pemulasaran jenazah pasien konfirmasi positif COVID-19, juga harus menanggung risiko tinggi terpapar virus corona.
Sebagai seorang polisi, Kompol Sutiono (50), memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Sutiono, merupakan salah satu polisi di Polresta Malang Kota yang menjadi relawan untuk melakukan pemulasaran jenazah yang terpapar COVID-19.
Awalnya, Sutiono hanya membantu proses pemulasaran salah satu pasien yang meninggal akibat COVID-19. Usai melakukan proses pemakaman tersebut, dirinya melapor kepada Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata.
Apa yang dilakukan Kasatintelkam Polresta Malang Kota itu, mendapatkan dukungan dari Leonardus. Sehingga, Kapolresta Malang Kota memutuskan untuk membentuk Tim Relawan Pemulasaran Jenazah COVID-19 Polresta Malang Kota.
Sutiono merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas kemanusiaan di tengah pandemi COVID-19 tersebut. Tanpa ragu, Sutiono bersama lima rekan relawan polisi lainnya mengambil risiko untuk melakukan proses pemulasaran jenazah pasien positif COVID-19.
Lima orang petugas polisi lain yang dalam waktu beberapa bulan terakhir ini menemani Sutiono untuk memakamkan jenazah pasien positif dan terindikasi COVID-19 adalah, Ipda Zainul Arifin, Aiptu Tri Sulistiyo, Aiptu Arif Santoso, Aipda Abdillah Cholid, dan Briptu Mubin Nurhuda.
Tim relawan tersebut, tidak hanya menangani jenazah pasien yang sudah dikonfirmasi positif terjangkit virus corona. Namun, juga menangani jenazah pasien berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), maupun Orang Dalam Pantauan (ODP) yang juga memiliki risiko tinggi.
Sutiono mengingat pelaksanaan proses pemakaman jenazah yang terindikasi terpapar virus corona pertama kali dilakukan pada Maret 2020. Saat itu, proses pemakaman dilakukan pada pukul 02.00 dini hari.
"Pada awalnya kami ada tujuh orang dari Polresta Malang Kota. Namun satu orang tidak sanggup melanjutkan, hingga saat ini tinggal enam orang, termasuk saya," kata Sutiono, kepada ANTARA, Senin.
Tugas untuk memakamkan jenazah pasien positif COVID-19 tersebut, memang sempat membuat khawatir Sutiono dan rekan-rekannya. Jika kondisi kesehatannya sedikit terganggu, saat itu Sutiono langsung merasa cemas.
Namun demikian, tugas kemanusiaan tersebut terus dilakukan Sutiono bersama lima rekan polisi lainnya. Biasanya, selain dari Tim Relawan Polresta Malang Kota, proses pemakaman juga dibantu tim dari Public Safety Center (PSC) 119 Kota Malang.
"Pasti takut, pada saat kita tidak enak badan, sudah panik. Jangan-jangan tertular. Kami melakukan rapid test setiap dua minggu, saya dan teman-teman lain tidak ada yang reaktif hingga saat ini," kata Sutiono.
Dalam melaksanakan prosesi pemakaman, Sutiono terus mengingatkan rekan-rekannya untuk tetap bersemangat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, meskipun tugas mereka itu memiliki risiko tinggi.
"Saya terus memberikan motivasi, kalau bukan kami selaku polisi, siapa lagi. Masyarakat sudah tidak berani," ujar Sutiyono.
Hingga saat ini, Sutiono bersama rekan-rekannya dan Tim Relawan PSC 119 Kota Malang telah memakamkan 75 jenazah pasien. Dari total tersebut, belum semuanya dinyatakan positif COVID-19, karena masih ada yang berstatus PDP, dan ODP.
Sutiono juga sempat bertugas untuk mengambil jenazah pasien yang ada di wilayah Surabaya, Mojokerto, dan Lumajang, dikarenakan pasien yang meninggal tersebut merupakan warga Kota Malang.
Apa yang dijalani Sutiono kurang lebih selama empat bulan terakhir, memaksanya untuk mengambil keputusan berat. Karena risiko terpapar virus corona pada saat memakamkan jenazah COVID-19 sangat tinggi, Sutiono memutuskan untuk tidak pulang ke rumah.
Bahkan, mantan Kanit Subdit 2 Ditintelkam Polda Jawa Timur tersebut memutuskan untuk tidur di kantor Polresta Malang Kota.
Tinggal di kantor akan lebih memudahkan mobilitasnya pada saat akan melakukan pemakaman jenazah pada malam hari.
Meskipun bertugas memakamkan jenazah pada malam hingga dini hari, Sutiono dan rekan-rekan lainnya tidak pernah meninggalkan tugas utama mereka sebagai polisi.
Menurut dia, tanggung jawab sebagai polisi harus dilakukan secara penuh dalam keadaan apapun.
Bahkan, terhitung sejak Maret 2020, Sutiono hanya sempat menemui keluarganya yang ada di Probolinggo, Jawa Timur sebanyak dua kali. Itupun, Sutiono hanya singgah, tidak sempat menginap atau bercengkerama dengan istri dan empat orang anaknya.
"Tentunya kangen dengan keluarga. Namanya keluarga, ingin bertemu dan bercanda. Tapi karena pandemi ini, tidak bisa," ujar Sutiono.
Untuk melepas kerinduan dengan anak, istri, dan keluarganya tersebut, sebisa mungkin Sutiono menyempatkan diri untuk menelepon atau berbincang menggunakan panggilan video. Rasa rindu juga disampaikan untuk Ibunda Sutiono.
Baca juga: Ibu Ibu Kota pejuang COVID-19
Baca juga: Jadi pejuang lawan COVID-19, petugas medis banjir dukungan semangat
Apresiasi dari Petinggi Polri
Apa yang dilakukan Sutiono bersama lima orang rekannya tersebut, mendapatkan perhatian langsung dari pucuk pimpinan Polresta Malang Kota. Kapolresta Malang Kota, melaporkan apa yang dilakukan Sutiono itu kepada Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Muhammad Fadil Imran.
Tanpa diduga, Sutiono dan rekan-rekannya dipanggil oleh Kapolda Jatim untuk menghadap. Didampingi Kapolresta Malang Kota, Sutiono dan rekan-rekannya diberikan semangat dan apresiasi, atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Dengan keikhlasan hati untuk melaksanakan tugas sebagai relawan, Sutiono tidak pernah mengharapkan imbalan apapun. Namun, apa yang dilakukan Sutiono dan lima rekannya tersebut akhirnya sampai juga ke telinga pimpinan tertinggi Polri.
Kapolri Jenderal Polisi Idham Aziz, bahkan menyempatkan diri untuk berbincang melalui panggilan video dengan Sutiono dan Kapolresta Malang Kota. Kapolri memberikan dukungan penuh atas apa yang dilakukan Sutiono bersama rekan-rekannya.
"Karena panik, apa yang saya sampaikan ke Kapolri lupa. Tidak ingat, karena kami tidak pernah menghitung jumlah jenazah yang sudah kami makamkan. Gemetar saya," ujar Sutiono.
Bahkan, Kapolri Idham Aziz akan memberikan apresiasi kepada enam anggota Polresta Malang Kota tersebut. Enam anggota Polresta Malang Kota tersebut, diperbolehkan untuk menyampaikan apapun keinginan mereka kepada Kapolri.
"Setelah video call dengan Kapolri, rekan-rekan saya tanya, apa keinginan mereka? Mereka ingin sekolah lagi, untuk menambah ilmu. Dan jika saya diberi kesempatan untuk sekolah lagi, saya akan mengambilnya," ujar Sutiono.
Baca juga: Kerja ikhlas dan berdoa dilindungi Tuhan dari COVID-19
Baca juga: Perempuan Pejuang Bravo Lima bantu tenaga medis se-Tangsel
Perang belum berakhir
Dari pengalaman yang dirasakannya selama memakamkan jenazah pasien positif COVID-19, Sutiono mengingat betul rasa sakit kehilangan dari keluarga yang ditinggalkan. Bahkan, tidak jarang Sutiono menitikkan air mata karena merasakan kesedihan keluarga yang ditinggalkan.
"Pada saat memakamkan, dada saya merasa sesak. Saya mengingat hidup saya, terbayang anak dan istri saya," kata Sutiono.
Salah satu pengalaman yang tidak dilupakan Sutiono adalah pada saat melakukan pemakaman salah satu jenazah, yang merupakan seorang suami, dan ayah dari empat orang anak. Proses pemakaman hanya dihadiri keluarga inti, satu orang pendeta, dan satu orang tamu.
"Saya ingat keluarga, saya terbayang keluarga korban. Anaknya kecil-kecil, bapaknya tidak ada. Saat itu yang hadir hanya pendeta, istri, dan satu orang saja," kata Sutiono, sembari berkaca-kaca.
Pengalaman demi pengalaman dalam melakukan pemulasaran jenazah pasien positif COVID-19 akan terus bertambah di benak Sutiono dan rekan-rekannya. Meskipun terasa perih, Sutiono dan rekan-rekannya berkomitmen untuk terus memberikan pengabdian kepada masyarakat.
"Saya berusaha menguatkan diri saja, meski harus keluar air mata. Proses pemakaman ini seperti menidurkan orang untuk terakhir kalinya. Sedih sekali rasanya," ujar Sutiono.
Berada di garda terdepan penanganan jenazah pasien positif COVID-19, Sutiono mengharapkan masyarakat khususnya warga Kota Malang untuk terus menerapkan protokol kesehatan secara ketat, terutama pada saat beraktivitas di luar rumah.
Jika memang tidak mendesak, masyarakat diharapkan bisa tetap berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas luar. Memang, salah satu langkah untuk mencegah penyebaran virus corona adalah dengan disiplin tinggi.
"Warga masih banyak yang tidak percaya adanya COVID-19. Saya sampaikan, COVID-19 itu ada, dan luar biasa dampaknya jika terpapar. Saya meminta masyarakat patuh, dan disiplin menerapkan protokol kesehatan," pesan Sutiono khususnya untuk warga Kota Malang.
Baca juga: Menengok perjuangan petugas pemakaman COVID-19 di Surabaya
Baca juga: Fatwa MUI: Utamakan kepentingan yang hidup dalam pemakaman COVID-19
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020