Jakarta (ANTARA) - Gubernur Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pemanfaatan Kartu Prakerja untuk menumbuhkan kewirausahaan dan pengusaha-pengusaha baru yang terampil di bidang masing-masing, bukan sekadar peningkatan kompetensi.
"Sekali lagi enterpreneuship yang mesti kita dorong agar mereka bisa membuat usaha, baik sendiri, join dengan temannya. Kemudian makin banyak enterpreneur yang bisa lahir dari Kartu Prakerja," kata Ganjar yang juga merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (PP KAGAMA) dalam acara webinar dari Jawa Tengah, Sabtu (11/7).
Ia mengatakan dirinya sangat berharap program Kartu Prakerja yang diupayakan pemerintah dapat mendorong terciptanya pekerjaan-pekerjaan baru dan pengusaha-pengusaha yang andal sehingga memunculkan startup-startup yang dibutuhkan di tengah pandemi COVID-19 yang telah meningkatkan angka pengangguran di Indonesia.
Kemudian, ia juga mendorong agar pelatihan dalam program Kartu Prakerja juga dapat dilaksanakan secara daring dan disosialisasikan sampai kepada masyarakat yang membutuhkan informasi tersebut, sehingga dapat menjawab tentang siapa saja yang dapat mengikuti
program tersebut.
Di tengah pandemi COVID-19, manfaat Kartu Prakerja tersebut, kata dia, tampaknya semakin meningkat karena banyak orang terkena PHK atau dirumahkan.
Untuk itu, kebijakan pemerintah melalui Kartu Prakerja tersebut didorong agar orang-orang yang terkena PHK atau dirumahkan dapat dimasukkan ke dalam program tersebut.
Terobosan solusi
Sementara itu, Sekjen PP KAGAMA Ari Dwipayana menekankan beberapa hal terkait Kartu Prakerja tersebut, antara lain adalah bahwa kartu tersebut merupakan terobosan solusi di tengah kesenjangan antara dunia kerja dengan tingkat yang sedang diupayakan dari para pencari kerja.
Kemudian, ia juga menekankan bahwa Kartu Prakerja itu harus adaptif dengan situasi yang sedang dihadapi saat ini, terutama di tengah pandemi COVID-19 yang telah meningkatkan pengangguran dan krisis di berbagai sektor.
"Kita berhadapan tidak hanya dengan krisis kesehatan tapi juga krisis ekonomi yang memukul demand kita. Permintaan memukul produksi kita, memukul suplai kita, memukul juga di semua sektor produksi yang ada dan dampaknya pada PHK, dirumahkan dan pasti sektor informal dan UMKM juga kehilangan pekerjaannya," katanya.
Sehingga jika data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyebutkan akan ada sekitar 3 juta orang yang terkena PHK, maka ia memperkirakan angkanya akan lebih dari itu.
Oleh karena itu, Ari Dwipayana mendorong agar Kartu Prakerja itu bisa adaptif dengan menjawab persoalan yang terjadi dan perlu evaluasi terkait fakta bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan dasar mereka sehari-hari.
Berikutnya, KAGAMA juga mendorong perbaikan dalam tata kelola, berbaikan dalam etika dan juga kerangka penegakan hukum dalam program tersebut.
"Karena apa? Karena kita sekarang ini berhadapan dengan situasi di mana resources kita terbatas sehingga perlu ada semacam budaya dan etika. Kalau memang kita tidak butuh ya jangan. Tapi kalau kita butuh, harus kita dapatkan servicenya, layanannya dari negara. Jangan sampai orang yang tidak merasa membutuhkan itu menerima bantuan itu," ujarnya.
Terakhir, ia juga memberi catatan tentang hal-hal apa saja yang bisa didorong setelah program Kartu Prakerja tersebut dilaksanakan.
"What next setelah Kartu Prakerja? Karena kita perlu mendorong tidak hanya sekadar peningkatan kompetensi tapi what next setelah kompetensinya dtingkatkan. Apakah dia akan jadi wirausaha, enterpreneur. Kemudian apakah dia harus menjadi pekerja yang kemudian punya skala kemampuan yang lebih meningkat," katanya menekankan.
"Jadi bagi saya penting sekali kita bicara what next, sehingga KAGAMA dan juga pemerintah bisa mendorong ekosistem yang lebih baik, baik dari ekosistem enterpreneurship maupun ekosistem dunia usaha," katanya.
Baca juga: KPK nilai Perpres Kartu Prakerja sudah muat rekomendasinya
Baca juga: Digitalisasi program kartu prakerja dapat minimalkan praktik korupsi
Baca juga: Survei TNP2K: Mayoritas peserta nilai Kartu Prakerja tidak mubazir
Pewarta: Katriana
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020