Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak mentah turun di perdagangan Asia Rabu setelah semalam diuntungkan berbagai komoditi yang ditopang oleh melonjaknya harga emas, kata analis, karena para investor mengubah fokus mereka pada laporan inventaris AS utama.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember turun 17 sen menjadi 79,43 dolar AS per barel. Sedangkan minyak mentah Brent North Sea juga pengiriman Desember turun 40 sen pada posisi 77,71 dolar, sebagaimana dikutip dari AFP.
Para analis mengatakan minyak mentah kemungkinan turun pada Rabu karena mata uang AS menguat, yang menjadikan minyak mentah yang dihargakan dengan dolar menjadi lebih mahal bagi para pemilik unit-unit mata uang asing lainnya.
DI perdagangan Asia, euro diperdagangkan pada posisi 1,4713 dolar dibanding dengan 1,4728 pada perdagangan AS Selasa malam.
Menurut Victor Shum, analis konsultan energi Purvin and Gertz yang berbasis di Singapura, harga minyak mentah kemungkinan berada di atas tingkat 80 dolar dikarenakan kekhawatiran investor seputar permintaan energi di tengah tanda-tanda "mixed" pada ekonomi global, terutama di Amerika Serikat, pengguna minyak terbesar dunia.
"Pada saat harga minyak ditutup mendekati 80 dolar dan pasar cendrung lebih fokus pada inventaris minyak mentah yang tinggi dan juga bahan bakar secara umum, itu akan sulit mendorong hingga 80 dolar dan mempertahankan di atas tingkat 80 dolar," kata Shum.
"Pasar juga akan melihat pada laporan inventaris pemerintah AS yang akan diterbitkan hari ini," katanya.
Jajak pendapat Dow Jones Newswires dari para analis memperkirakan cadangan minyak mentah AS meningkat 1,4 juta barel dalam sepekan terakhir pada saat Departemen Energi AS (DoE) mengeluarkan laporan inventaris pada Rabu malam.
Cadangan bensin mengalami penurunan 100.000 barel sementara minyak sulingan, yang termasuk disel dan minyak pemanas, turun satu juta barel.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009