Mereka kecewa karena tak kunjung mendapat kepastian terkait bantuan bagi korban gempa, khususnya mengenai anggaran perubahan 2009, padahal sejak Senin (2/11), mereka menuntut kepastian itu.
"Kami kecewa kepada pimpinan DPRD yang tidak memenuhi janjinya. Kami meminta tanggungjawab dari janji mereka. Bahkan, kami menginap di sini pun tidak mendapat perlakuan yang baik," kata Koordinator SMKG, Denny Abdullah, kepada wartawan, di Soreang.
Sejak hari pertama demo hingga kemarin, mereka bersikukuh tinggal di sana hingga ada kepastian. Bahkan, terdapat juga sejumlah ibu-ibu yang membawa anak di bawah umur.
Mereka mengaku, tinggal di gedung wakil rakyat jauh lebih nyaman daripada tinggal di pengungsian. "Tidur di sini mah lebih hangat daripada di tenda pengungsian. Makanya tidak salah kalau kata orang gedung dewan itu enak," ungkap Uun (36), salah seorang pendemo.
Denny mengunggkapkan, pihaknya merasa tidak mendapatkan kepastian. Bahkan, usai menghadiri pertemuan dengan Bupati Kabupaten Bandung, Obar Sobarna, tetap tidak memiliki kejelasan. Tapi setidaknya, ada sedikit titik terang.
Sepuluh perwakilan pendemo, hadir dalam pertemuan di ruang rapat bupati sekitar pukul 13.30 WIB itu, mereka menyampaikan keluhan dan permasalahan yang mereka hadapi selama dua bulan terakhir.
Bupati menerangkan, pihaknyatidak pernah menolak untuk menghadiri rapat pembahasan APBD perubahan, tapi meminta DPRD menangguhkan pembahasan perubahan anggaran. "Saya tidak mungkin melakukan itu dan saya tidak pernah mengatakan menolak," sanggahnya.
Tentang APBD 2010, pihak eksekutif sudah menyiapkannya sekitar dua bulan lalu. Namun belum menyerahkannya kepada DPRD, karena bupati menganggap alat kelengkapan dewan dianggap belum sah.
Sementara penanganan gempa, kata bupati pihaknya memiliki keterbatasan, dan minta perwakilan SMKG untuk hadir dalam rapat yang akan digelar pada hari Kamis (5/11), yang rencananya dihadiri staf SKPD, semua kepala desa, terrmasuk pihak legislatif.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009