Semarang (ANTARA News) - Tujuh mahasiswa Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang, Selasa, menggelar tahlilan di sekitar keranda yang diletakkannya di depan Markas Polda Jawa Tengah sebagai simbol protes atas matinya hukum di Indonesia.

Aksi protes mahasiswa yang mengenakan pakaian warna hitam itu mendapat pengawalan ketat dari pihak kepolisian.

Usai tahlilan dan tabur bunga, secara simbolis mahasiswa memberikan keranda kepada polisi yang menjaga aksi mereka.

Koordinator aksi, Hanityo, menyatakan adanya skenario ditahannya dua pimpinan nonaktif KPK, Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah oleh pihak kepolisian.

"Alasan yang digunakan oleh kepolisian dalam penahanan tersebut tidak berdasar," katanya.

Kekhawatiran polisi bahwa Bibit dan Chandra melarikan diri dan menghilangkan barang bukti, katanya, hal itu tidak sesuai dengan pernyataan Wakil Kepala Bareskrim Mabes Polri tentang telah cukupnya alat bukti permulaan dalam penanganan kasus itu.

"Jika dikhawatirkan melarikan diri, bukankah selama ini dua pimpinan nonaktif KPK tersebut telah menunjukkan sikap yang kooperatif secara faktual," katanya.

Berdasarkan beberapa argumentasi, katanya, seakan-akan kasus itu untuk mengalihkan atau bahkan menyerang balik pihak-pihak yang mencoba membongkar kasus Bank Century yang diduga melibatkan sejumlah pejabat tinggi.

"Oleh karena itu, kami menuntut kapolri menangguhkan penahanan
kedua pimpinan nonaktif KPK dan mendesak Mahkamah Konstitusi untuk turut serta membongkar kasus ini," katanya.

Pada kesempatan itu mahasiswa juga mendesak Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono untuk memberikan dukungan secara penuh kepada KPK dalam membongkar kasus Bank Century dan memasukkan dalam agenda 100 hari kerja pemerintahan baru.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009