Menurut salah seorang petani, Supriadi, di Mamuju, Senin, kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak empat bulan terakhir.
"Ciri-ciri tanaman yang terkena penyakit ini adalah, daun mulai berwarna kuning, dan lama-kelamaan seluruh bagian tanaman menjadi mati," katanya.
Ia mengatakan penyebaran virus tersebut terbilang cukup cepat, dan dapat menyebar melalui berbagai macam media.
"Penyebaran virus ini bisa melalui media angin, serangga, dan juga alat-alat perkebunan milik petani," katanya.
Ia menambahkan, jika dalam satu lokasi terdapat satu tanaman yang terjangkit virus tersebut, maka kemungkinan besar seluruh tanaman juga terkena.
Supriadi sendiri memiliki lahan kakao seluas empat hektare, dan hampir seluruh tanaman kakao yang dimiliki terserang virus tersebut.
"Bukan hanya saya saja yang menderita kondisi seperti ini, akan tetapi sebagian besar warga di desa ini juga mengalami hal yang serupa," katanya.
Pada dasarnya, warga yang ada di desa tersebut mengharapkan agar melalui program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Pro Kakao) penyebaran virus ini dapat diatasi.
"Akan tetapi, kami menjadi kecewa karena realisasi program tersebut tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan. Buktinya, sampai saat ini virus tersebut masih saja menyerang tanaman warga," katanya.
Supriadi berharap agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamuju bisa segera menyikapi kondisi tersebut agar produksi kakao masyarakat semakin meningkat, seiring dengan komitmen yang telah dibuat.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009