Washington (ANTARA) - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat melakukan penyelidikan terhadap laporan, yang disampaikan seorang pria pegiat hak sipil masyarakat berkulit hitam bahwa ia diancam dibunuh oleh massa di Negara Bagian Indiana.
Pria tersebut mengatakan ia diserang sejumlah pria berkulit putih, yang mengancam akan menghukum mati dirinya tanpa proses pengadilan (lynching), namun kemudian sekelompok saksi dan kawan-kawannya menghentikan serangan tersebut.
Penyelidikan federal terhadap konfrontasi di Lake Monroe, dekat Bloomington di Indiana, pada 4 Juli itu dikonfirmasi oleh FBI dan sejumlah pejabat Departemen Kehakiman AS di Washington dan Indianapolis pada Kamis (9/7).
Sang pelapor, bernama Vauhxx Booker dan merupakan anggota Komisi HAM Monroe County, mengatakan dia dan sejumlah kawannya tengah berada di taman publik di area Lake Monroe, Sabtu, (4/7), ketika seorang laki-laki yang memakai topi berhiaskan bendera Konfederasi menuduh mereka masuk tanpa izin ke properti pribadi.
Konflik tersebut memanas ketika lima pria berkulit putih, yang tampak mabuk, menarik Booker dan menjatuhkannya ke tanah lalu merapatkannya ke pohon sembari melayangkan pukulan. Pada saat yang bersamaan, salah satu penyerang itu berteriak "ambil tali," menurut pengakuan Booker di Facebook.
Sekelompok saksi dan rekan-rekan Booker, yang semuanya merupakan warga berkulit putih, mulai merekan kejadian tersebut dengan telepon genggam dan meminta para penyerang untuk melepaskan Bookers. Pada saat itu, salah satu penyerang membalas, "Kalian pergi dari sini, tinggalkan pria ini dengan kami."
Para penyerang akhirnya melepaskan Booker, yang kemudian bersama teman-temannya pindah dari lokasi itu untuk menghubungi 911. Rekaman kejadian tersebut telah viral di media sosial dan memicu ketegangan rasial di AS usai kematian George Floyd, seorang pria berkulit hitam yang meninggal dunia di bawah himpitan dengkul seorang polisi kulit putih pada 25 Mei.
Booker, yang juga merupakan seorang pengurus gerakan Black Lives Matter, mengatakan dia mengalami gegar otak, terluka, memar-memar dan sejumput rambut tercabut dari kepalanya. Meski demikian, dia menyatakan berterima kasih kepada mereka yang telah membela dirinya.
"Ada teman-teman dan orang-orang asing yang rela mempertaruhkan nyawa dan tubuh mereka untuk memastikan seorang pria yang tidak mereka kenal, dan tampak berbeda dari mereka, bisa selamat dari situasi itu," kata Booker dalam konferensi pers pekan ini.
Departemen Sumber Daya Alam Indiana, yang petugasnya melakukan respon pertama terhadap kejadian itu dan dihujani kritik karena gagal menangkap para pelaku pada saat itu, mengatakan tengah bekerja sama dengan FBI sambil melanjutkan investigasi sendiri bersama kantor kejaksaan setempat.
"Petugas-petugas kami datang pada petang itu, berbicara dengan para saksi dari kedua belah pihak dan telah terus melakukan wawancara sebagai bagian dari investigasi yang tengah berlangsung," kata juru bicara departemen tersebut, James Brindle, kepada Reuters, Kamis.
Pengacara Bookers, Katharine Liell, mengatakan pada media pada Rabu (7/8) bahwa serangan tersebut "jelas mengandung motif rasial" dan kliennya berhasil selamat karena para saksi membantunya.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS pastikan kasus hukum terkait kematian George Floyd terus berlanjut
Baca juga: Dewan HAM PBB berencana pelajari rasisme "sistemik" di AS
Baca juga: Massa aksi anti rasisme di Inggris robohkan patung pedagang budak
Presiden perintahkan kapolri proses hukum pelaku rasisme
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020