...selain bahan antigen pada perangkat tes cepat yang masih diimpor, juga adalah reagen yang digunakan untuk tes polymerase chain reaction (PCR).
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengharapkan adanya penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan teknologi ke depan bisa berfokus pada upaya menggantikan bahan impor dalam penanganan COVID-19 di Tanah Air.
"Masih tergantung impor salah satunya bahan 'rapid test' (tes cepat). Ada bahannya masih harus impor untuk antigen, ini bisa jadi salah satu penelitian bagaimana kita membuat bahan 'rapid test' dalam negeri," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro dalam acara virtual, Jakarta, Jumat.
Menristek Bambang menuturkan selain bahan antigen pada perangkat tes cepat, yang masih diimpor juga adalah reagen yang digunakan untuk tes polymerase chain reaction (PCR). Padahal saat ini pemeriksaan PCR selalu digunakan dalam menegakkan diagnosa COVID-19.
Baca juga: Presiden beri mandat riset 17 peneliti Unair, percepat tangani corona
Reagen saat ini masih 100 persen dipesan dari luar negeri. Kebutuhan reagen juga akan selalu ada terutama dalam mendeteksi virus Corona penyebab COVID-19 dengan menggunakan metode PCR.
"Kami harapkan bapak, ibu peneliti mulai mecari cara dan menghasilkan inovasi terkait reagen," tutur Menristek Bambang.
Selain itu, mesin PCR juga saat ini masih 100 persen diimpor. Oleh karenanya, Menristek Bambang mendorong para peneliti atau akademisi yang mempunyai keahlian atau pengetahuan dasar terkait mesin PCR dapat mulai mengupayakan inovasi dan riset untuk bisa menghasilkan mesin PCR karya anak bangsa.
Baca juga: Memutus mata rantai COVID-19 berbasis inovasi
Menristek Bambang menginginkan agar hasil riset dan inovasi dalam negeri dapat membantu penanganan COVID-19 baik untuk menekan penyebaran COVID-19, menangani pasien COVID-19, memulihkan ekonomi bangsa serta membangun kesiapan masyarakat untuk adaptasi kebiasaan baru sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan produktif dengan menjaga kesehatan di tengah pandemi.
Kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan teknologi juga diarahkan untuk mencapai apa yang belum dikuasai saat ini atau yang perlu pengembangan lanjutan.
Para peneliti dapat menghasilkan suplemen yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kemungkinan terinfeksi COVID-19, obat-obatan, terapi pengobatan, stem cell dan bidang lain yang bermanfaat bagi penanganan COVID-19 di Tanah Air.
Baca juga: Riset di UB, sinar UV bisa bersihkan udara dari virus corona
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020