Palu (ANTARA) - Sebelas warga negara asing (WNA) berkebangsaan Filipina yang diduga pekerja ilegal di Malaysia, terdampar di perairan Laut Sulawesi, Minggu, dan Senin ini delapan diantaranya dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli, Sulawesi Tengah.

Kepala Bidang Penanganan Konflik dan Pengkajian Masalah Strategis pada Badan Kesbanglinmas Kabupaten Tolitoli, Kaharuddin, mengungkapkan, sebelumnya mereka dirawat di Puskesmas Ogotua, Kecamatan Dampal Utara, sedangkan tiga lainnya meninggal dunia dan telah dimakaman hari Minggu itu juga.

"Korban yang selamat sekarang sedang diantar ke Rumah Sakit Umum Tolitoli, dan kemungkinan tiba dari Ogotua sore ini," katanya.

Kaharuddin memaparkan, kedelapan warga Filipina yang mesti dirawat karena masih didera sakit itu, diantaranya tiga anak-anak dan satu orang tua.

"Mereka nanti akan ditampung di Mess Muhammadiyah sambil menunggu pemulangannya ke Filipina," kata Kaharuddin, namun belum bisa memastikan hari pemulangannya ke negeri mereka itu.

Ironisnya, Kantor Imigrasi Palu, Sulawesi Tengah hingga Senin siang belum menerima laporan resmi dari Polres Tolitoli mengenai 11 WNA asal Filipina yang terdampar di pulau terluar di Kabupaten Tolitoli tersebut.

Kepala Seksi Statuskim Imigrasi Palu, Dewo Murdono berjanji segera menindaklanjuti informasi yang tersebar dengan berkoordinasi dengan Polres Tolitoli.

Sesuai aturan, jika ada orang asing yang terdampar, maka setelah menjalani proses pemeriksaan petugas kepolisian, mereka baru diserahkan kepada Imigrasi.

"Selagi belum diserahkan, kami (Imigrasi) tidak bisa apa-apa," katanya.

11 warga Filipina yang terdampar di perairan Tolitoli, pertama kali ditemukan kapal nelayan lalu dievakuasi ke daratan bersama kapal cepat (speedboat) yang mereka gunakan. Tiga diantara korban tersebut ditemukan sudah meninggal dunia.

Kedelapan korban selamat adalah Abd Siman bin Abbani (34), Hiya B Jaini (40-an ), Naslin (6), Rosima (3), Ronal Bin Karsa (39 , Bapak dari korban Jonathan), Ema Bin Karsa (ibu dari Jonathan), Jasmin Roy (5) , kakak dari Jonathan), dan Sapil bin Mahmud (40 ), nakhoda kapal.

Sekretaris Kecamatan Dampal Utara, Ilham mengatakan, dari hasil introgasi, diketahui bahwa warga Filipina itu berangkat dari Malaysia menuju pulau Tawe-tawe, Filipina. Mereka adalah pekerja ilegal di sebuah perusahaan sawit di Malaysia.

Sebelum terdampar, speedboat yang mereka tumpangi sempat menghindari kejaran polisi Malaysia hingga akhirnya kehabisan bahan bakar minyak (BBM). Ilham mengatakan, para korban meninggalkan Malaysia sejak delapan hari lalu. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009