Selama 10 hari terakhir ini warga memang sering merasakan adanya lindu atau gempa bumi kecil, kemungkinan dampak aktivitas Gunung Merapi, tetapi mereka tetap bekerja seperti biasa di ladang

Boyolali, Jateng (ANTARA) - Warga di setiap rukun tetangga (RT) di 13 Dukuh Desa Jrakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, telah menggalakkan ronda malam sebagai langkah mitigasi erupsi Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Selama 10 hari terakhir ini warga memang sering merasakan adanya lindu atau gempa bumi kecil, kemungkinan dampak aktivitas Gunung Merapi,
tetapi mereka tetap bekerja seperti biasa di ladang," kata Kepala Desa Jrakah Tumar, di Boyolali, Jumat,

Menurut Tumar pihaknya pada masa-masa Gunung Merapi masuk level dua atau waspada saat ini, telah melaksanakan sosialisasi beberapa kali kepada masyarakat terkait mitigasi Gunung Merapi.

Pihaknya juga mengimbau dan menyosialisasikan kepada tokoh masyarakat dan peturus RT dan RW di wilayah Desa Jrakah, yang kemudian dilanjutkan ke masyarakatnya untuk tetap waspada karena saat ini rawan bencana erupsi Gunung Merapi masuk fasenya.

"Kami sudah meminta RT RW mengimbau warga untuk melaksanakan jaga ronda malam mengantisipasi masyarakat untuk mempersiapkan diri dievakuasi jika ada erupsi Merapi," katanya.

Menurut dia daerah di Desa Jrakah Boyolali yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III yakni Dukuh Sepi, Kajor, Tosari, Jarak, dan sebagian Dukuh Jrakah, yang jaraknya sekitar 3,5 hingga 4 kilometer dari puncak Merapi.

Warga Jrakah jika secara tiba-tiba terjadi bencana erupsi Merapi juga diarahkan melalui program Desa Persaudaraan. Mereka akan dievakuasi di Desa Karanggeneng, Boyolali Kota.

"Masyarakat Jrakah setiap terjadi bencana erupsi Merapi sudah melakukan komunikasi dengan masyarakat Karanggeneng, dan sekaligus pemerintahan setempat sebagai tempat pengungsiannya," katanya.

Pihaknya juga sudah melakukan pendataan kendaraan persiapan transportasi untuk evakuasi warga menuju ke daerah aman bencana. Jadi kendaraan roda empat di setiap RT sudah didata dan titik kumpul juga sudah ditentukan. Warga sudah pengalaman dari kejadian erupsi tahun-tahun sebelumnya.

"Kami juga sudah mendata jumlah hewan ternak sapi dan kambing milik warga, dan kendaraan evakuasi ternak sudah disiapkan oleh tim Siaga Desa (TSD) Jakrah," katanya.

Menurut dia jumlah penduduk di Desa Jrakah sebanyak 4.430 jiwa, sedangkan ternak sapi 824 ekor, dan kambing 254 ekor. Jika terjadi erupsi, warga langsung menuju titik kumpul masing-masing RT/RW untuk dievakuasi di tempat aman.

Kendati demikian, berdasarkan informasi yang diterima dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, melalui Pemerintah Kabupaten Boyolali, warga masih diperbolehkan beraktivitas seperti biasa di lokasi radius 3 kilometer dari puncak, tetapi tetap menjaga kewaspadaan.

Selain itu, Tumar juga mengimbau masyarakat memasuki normal baru di tengah pandemi COVID-19 saling menjaga dan menghindar dari kerumunan massa untuk mencegah penyebaran virus. Masyarakat yang mempunyai hajatan harus penerapkan protokol kesehatan mengenakan masker dan selalu mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak dengan orang lainnya.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Boyolali Bambang Sinungharjo meminta masyarakat lereng Gunung Merapi yang tinggal KRB III dan II untuk selalu waspada.

Kabupaten Boyolali telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat khususnya di KRB III atau radius 3 km dari puncak tidak boleh ada aktivitas.

Wilayah Boyolali ada tiga desa yang masuk KRB III Gunung Merapi, yakni Tlogolele, Klakah dan Jrakah di Kecamatan Selo. Pihaknya telah mendata jumlah warga di tiga wilayah desa teratas tersebut sebanyak 10.189 jiwa, demikian Bambang Dinungharjo.

Baca juga: Merapi bergemuruh, warga Tlogolele Boyolali sempat panik

Baca juga: Banjir Lahar Akibatkan Jalan di Jrakah, Boyolali Longsor

Baca juga: Merapi keluarkan asap tebal, hujan abu di Boyolali

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020