Hilla, Irak (ANTARA News/AFP) - Serangkaian serangan bom di Irakmenewaskan delapan orang dan mencederai lebih dari 50 lain, Minggu,kata polisi.
Dalam serangan paling mematikan pada hari itu,lima orang tewas dan 37 lain cedera ketika sebuah bom yangdisembunyikan di alat pendingin di bagian belakang sepeda meledak dipasar di kota Syiah Mussayib, provinsi Babil, sekitar pukul 09.30 waktusetempat (pukul 13.30 WIB).
Sepeda itu diparkir di pasar di Mussayib, 60 kilometer sebelah selatan Baghdad, kata polisi.
Kota Ramadi, ibukota provinsi Al-Anbar yang berpenduduk mayoritas Sunnidi Irak barat, diguncang dua serangan bom bunuh diri, kata polisi.
Salah satu penyerang meledakkan bom mobil di gerbang barat kota itu,menewaskan dua orang dan mencederai empat lain, kata Kolonel PolisiJabbar Ajaj.
Ajaj menambahkan, seorang penyerang bom bunuh lain meledakkan dirinyadi dekat sebuah kantor polisi di luar Ramadi, 100 kilometer daribaghdad, namun serangan itu hanya menewaskan pelaku itu sendiri. Tidakada orang lain yang terluka.
Di kota suci Syiah Karbala, 110 kilometer sebelah selatan Baghdad, bommagnet yang dipasang di sebuah bis meledak ketika kendaraan itumendekati pos pemeriksaan, menewaskan seorang wanita.
Serangan "bom tempel" itu juga mencederai 12 orang, termasuk limawanita, kata petugas-petugas medis dan keamanan yang tidak bersediadisebutkan namanya.
Serangan-serangan itu dilakukan sepekan setelah dua serangan bom bunuhdiri di Baghdad pusat menewaskan 153 orang dalam kekerasan palingmematikan di Irak dalam lebih dari dua tahun.
Serangan-serangan bom mobil di luar kementerian kehakiman dan kantorpemerintah provinsi Baghdad pada Minggu (25/10) itu terjadi setelahserangan-serangan serupa yang menewaskan sekitar 100 orang dikementerian-kementerian keuangan dan luar negeri pada 19 Agustus.
Meski serangan-serangan di Irak secara keseluruhan menurun secaradramatis sejak tahun lalu, kekerasan di Mosul dan Baghdad terusberlangsung.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kotadi Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuanpasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangangerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknyabertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antaraorang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan,serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kinimasih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiahakan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiahyang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalamkekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.
Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertigamenjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawabatas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada2003.
Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini,namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurunwaktu 11 bulan.
Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwagerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upayamerongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009