Pasuruan (ANTARA News) - Sebagian lahan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo di kaki Gunung Welirang dan kaki Gunung Arjuno di atas kawasan wisata Tretes, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, masih terbakar.
Musim kemarau yang berkepanjangan menjadikan titik api yang telah dipadamkan kembali berkobar. Hembusan angin kencang menjadikan api cepat menjalar dan meludeskan sebagian tanaman hutan.
Minggu siang asap tebal masih terlihat membubung di beberapa titik. Di antaranya di kaki Gunung Welirang terlihat di atas kawasan Sekuti Desa Lumbangrejo, dan di atas kawasan wisata Tretes. Sedangkan di kaki Gunung Arjuno asap tebal masih terlihat di atas Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen.
Tohir (35) yang setiap hari rutin mencari kayu di hutan mengemukakan, sudah sekitar dua pekan api membakar Tahura Raden Soerjo di atas Desa Lumbangrejo, Kecamatan Prigen.
Ia menjelaskan, api yang membakar hutan di atas kawasan Sekuti tersebut sangat jelas terlihat pada malam hari. Namun pada siang hari hanya tampak asapnya saja yang tebal.
Menurut Tohir, kobaran api tidak secara rutin terjadi setiap hari. Api kadang padam, terkadang kembali membara.
Sementara itu hujan di kawasan wisata Tretes juga belum kunjung turun, sehingga api belum bisa dipadamkan secara total.
Kepala Resor KPH Pasuruan Sutanto menyatakan, kebakaran di Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo yang membentang dari kaki Gunung Welirang sampai ke kaki Gunung Arjuno yang meliputi wilayah Mojokerto, Pasuruan, dan Malang telah terjadi sekitar sebulan ini.
Ia mengatakan, api yang telah dipadamkan sering kembali berkobar, dan cepat merambat. Petugas dan masyarakat telah gotong royong memadamkannya, tapi api sering kembali berkobar karena lokasi kebakaran tidak semuanya bisa dijangkau.
Sutanto khawatir akibat kebakaran yang cukup besar di musim kemarau ini membawa dampak kurang baik pada musim hujan yang sebentar lagi akan datang.
Biasanya, kata dia, setelah terjadi kebakaran hutan yang cukup besar di Tahura Raden Soerjo, pada musim hujan nanti air yang turun ke kawasn wisata Tretes akan berubah warna menjadi hitam dan keruh.
(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009