Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan menyampaikan bahwa permintaan produk sawit dunia mulai naik, yang ditandai dengan naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) pada Juli menjadi 662 dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya yakni 569 dolar AS.
"Saya kira di situasi Covid-19 ini, negara tujuan ekspor yaitu China sudah mulai ke arah pemulihan, kemudian indikasinya adalah harga Bulan Juli untuk referensi pungutan sawit dibandingkan Juni itu perlahan naik," kata Kasan kepada Antara di Jakarta, Kamis.
Menurut Kasan, permintaan juga akan naik seiring dengan memulihnya beberapa negara tujuan ekspor sawit RI yakni India, Pakistan, dan Bangladesh, dari dampak Covid-19.
Baca juga: Gapki catat ekspor minyak sawit turun 8,3 persen, terbesar ke China
Adapun negara-negara yang menyerap sawit asal RI paling besar yaitu India, China, Pakistan, Bangladesh, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Pulihnya ekonomi negara-negara tersebut, lanjut Kasan, akan membuat masyarakatnya kembali beraktivitas dan kebutuhan akan minyak nabati, salah satunya minyak kelapa sawit akan kembali naik. Sehingga, ekspor produk sawit RI akan meningkat.
Kasan menyampaikan bahwa Indonesia akan mempertahankan pasar-pasar tradisional tujuan ekspor sawit tersebut, sambil mencari peluang ekspor di pasar-pasar baru.
Baca juga: Sasar Afrika, pengusaha sawit fokus ekspor CPO dalam kemasan kecil
Namun, Kemendag akan berupaya mencari peluang pasar ekspor untuk produk unggulan asal RI ini ke negara-negara lain, di antaranya Timur Tengah dan Afrika, yang dinilai memiliki potensi pasar ekspor besar.
Kasan optimistis bahwa produk minyak sawit asal Indonesia dapat tetap menjadi primadona ekspor, mengingat kualitas dan harganya yang mampu bersaing di pasar global.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020