Dalam pidatonya di sebuah konferensi kepemimpinan di ibukota India, New Delhi, Bush mengatakan bahwa mengalahkan para pemberontak "penting untuk stabilitas" dan perdamaian, baik di kawasan maupun secara global.
"Jika Taliban, Al Qaeda dan para sekutu kelompok garis keras dibiarkan untuk mengambilalih Afghanistan lagi, maka mereka akan memiliki tempat tinggal yang aman dan masyarakat Afghanistan, terutama para perempuan Afghanistan akan menghadapi kembalinya sebuah tiran yang brutal." "Kawasan ini dan dunia menghadapi ancaman serius," tambahnya.
Bush, dalam kunjungan keduanya ke India, diterima dalam suatu jamuan makan siang pada Jumat oleh Perdana Menteri Manmohan Singh, yang menyebutnya "teman baik" negara itu.
Selama masa pemerintahannya di Gedung Putih, Bush mendorong undang-undang melalui kongres AS untuk mengakhiri status nuklir India dan mengizinkan negeri itu mengakses energi atom murah.
Bush mengatakan bahwa baik AS maupun India "terlibat dalam sebuah perjuangan ideologi melawan para ekstrimis yang membunuh korban tak berdosa untuk memperluas pandangan gelap tentang ekstrimisme dan kendali."
"Mereka menyerang target-target politik, keuangan dan diplomatik karena mereka membenci cara hidup kami dan mereka membenci pandangan kami tentang kebebasan, hak asasi manusia, harga diri manusia, kesejahteraan dan perdamaian," kata Bush dalam konferensi itu.
Bush meninggalkan Gedung Putih pada Januari dengan tingkat popularitas yang rendah dan sangat jarang tampil di publik sejak saat itu.
Dia mengatakan Presiden AS Barack Obama bukanlah pilihan pertamanya untuk Gedung Putih, "namun saya harap dia sukses dan akan melewatkan banyak waktu untuk mengritiknya-- dia memperoleh banyak kritik."
Bush memerintahkan pasukan AS ke Afghanistan, menggulingkan kelompok garis keras Taliban pada 2001 menyusul serangan 11 September ke AS.
Tahun lalu, dalam sebuah kunjungan perpisahan ke Afghanistan sebelum meninggalkan Gedung Putih, Bush memperingatkan tentang sebuah perjuangan panjang untuk mengatasi Taliban yang telah meningkatkan aksi kekerasannya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009