Jakarta (ANTARA) - Perkembangan internet diimbangi dengan inovasi-inovasi pada gawai yang digunakan sehari-hari, sejak beberapa tahun belakangan perangkat internet of things atau IoT masuk ke Indonesia.

Saat ini, terutama di kalangan anak muda, tidak jarang ditemui mereka menggunakan perangkat wearable seperti jam tangan pintar, fitness tracker sampai earphone nirkabel.

Semua perangkat tersebut umumnya memerlukan ponsel sebagai handset utama.

Baca juga: Perusahaan Indonesia masih berhati-hati untuk transformasi digital

Baca juga: Kominfo: "Internet of Things" bisa dorong produktivitas petani

"Produk IoT akan menjadi kebutuhan dan gaya hidup, beberapa produk iOt bahkan telah digunakan secara umum seperti smartwatch," kata Wakil Direktur Utama Erajaya, Hasan Aula, kepada Antara.

Erajaya, selaku distributor resmi sejumlah merk, sejak beberapa tahun belakangan turut memasarkan produk-produk IoT antara lain jam tangan pintar, lampu pintar Philips, jam tangan pintar Garmin sampai smartspeaker Google Nest.

Menurut Hasan, penjualan untuk perangkat-perangkat IoT masih tergolong bagus dibandingkan tahun lalu, kecuali saat berlaku Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB sehingga banyak toko dan pusat perbelanjaan yang harus tutup.

Bukan hanya Erajaya yang tertarik memperkenalkan perangkat IoT di Indonesia, Xiaomi, merk ponsel kesohor dari China, memasang strategi "Smartphone AIoT dual engine", untuk memperkenalkan produk artificial intelligence of things atau AIoT.

Secara bertahap Xiaomi ingin memperkenalkan perangkat AIoT di Indonesia, meski pun pasarnya masih tergolong spesifik.

"Xiaomi meyakini bahwa produk ekosistem perangkat pintar akan terus tumbuh dan bertambah dan terkait dengan gaya hidup manusia yang makin terhubung dengan internet," kata Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse.

Baca juga: Kembangkan IOT, perusahaan ini investasi 5 juta dolar di ibukota baru

Baca juga: Realme fokus garap AIoT untuk 2020

Xiaomi sejak enam bulan terakhir sudah meluncurkan, antara lain, Mi Smart Band 4, Mi Ionic Hair Dryer, Mi Night Light, Mi Wireless Charging Pad dan Mi True Wireless Earbuds Basic.

Indonesia merupakan peluang pasar IoT bagi Xiaomi karena penetrasi ponsel di masyarakat terus tumbuh. Ponsel dan internet merupakan inti dari ekosistem IoT.

Produk-produk AIoT keluaran realme juga membutuhkan ponsel sebagai inti dari ekosistem IoT, untuk itu sejak awal tahun mereka gencar membawa perangkat pintar selain ponsel.

"realme berkomitmen untuk mempopulerkan produk-produk AIoT dan tren gaya hidup berteknologi bagi semua anak muda Indonesia," kata Direktur Pemasaran realme Indonesia, Palson Yi.

Produk yang sudah dibawa ke Indonesia antara lain adalah earphone nirkabel realme Buds Q, perangkat kebugaran realme Band dan jam tangan pintar realme Watch.

Masa pandemi
Produk-produk yang diminati konsumen Indonesia umumnya yang berhubungan dengan gaya hidup mereka, seperti smartwatch atau jam tangan pintar yang bisa menampilkan notifikasi jika disambungkan ke ponsel.

Yi mencontohkan dua produk mereka cukup diminati semasa pandemi ini karena berhubungan dengan kebugaran dan kesehatan pribadi penggunanya, yaitu realme Band dan realme Watch.

"Masa pandemi menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan," kata Yi.

Baca juga: Vivo bakal bawa ponsel premium tahun ini

Baca juga: Telkomsel hadirkan solusi berbasis IoT untuk tingkatkan produktivitas

Xiaomi meyakini perangkat IoT masih berpotensi untuk tumbuh. Secara global, perangkat IoT yang terkoneksi ke platform Xiaomi tumbuh menjadi 252 juta unit berdasarkan data terbaru pada Maret 2020, atau tumbuh 42,6 persen secara year-on-year.

"Xiaomi Indonesia meyakini bahwa teknologi harus dapat diakses oleh semua orang untuk memperbaiki dan mempermudah gaya hidup, menawarkan kenyamanan bagi penggunanya, dan memiliki harga sebenarnya," kata Tse.

Para produsen dan distributor perangkat IoT harus berhadapan dengan pandemi ketika mereka berusaha memperkenalkan produk mereka di Indonesia. Meski pun tidak menyatakan secara spesifik dampak pandemi terhadap bisnis mereka di Indonesia, secara umum, banyak sektor bisnis yang terdampak pandemi COVID-19.

"Pandemi memang telah mengganggu hampir semua bisnis di Indonesia, termasuk smartphone. Tapi, kami masih melihat potensi produk AIoT di Indonesia untuk menyambut era new normal," kata Yi.

realme cukup percaya diri pada penjualan secara offline di tengah pandemi ini, mereka baru saja membuka gerai baru Exlcusive Store di Cibinong agar konsumen bisa merasakan langsung produk mereka, termasuk untuk AIoT, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Sementara itu, Erajaya dan Xiaomi cukup banyak memberikan porsi untuk penjualan secara online.

"Online dan mobile selling merupakan aktivitas penjualan yang sangat membantu saat ini," kata Hasan.

Xiaomi Indonesia berusaha memaksimalkan kanal penjualan secara online yang mereka miliki dan memberikan portofolio produk yang relevan dengan kebutuhan pengguna.

"Untuk masa pandemi ini adalah produk bagi mereka yang banyak menghabiskan waktu di dalam rumah," kata Tse.

Baca juga: Kisah di balik "otak" Nodeflux, startup AI anak bangsa yang mendunia

Baca juga: Balitbangtan kembangkan irigasi cerdas berbasis IoT

Di sisi lain, mereka juga mengedukasi masyarakat tentang manfaat apa saja yang bisa didapatkan dari perangkat AIoT yang saling terhubung.

IoT lokal
Produk-produk IoT yang beredar di Indonesia masih didominasi merk-merk dari luar, setidaknya tercermin dari produk-produk gaya hidup yang didistribusikan Erajaya, selaku salah satu distributor besar.

"Saat ini belum ada buatan lokal," kata Hasan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2017 lalu mengadakan program hackathon bernama Republic Internet of Things. Setelah dikonfirmasi Antara, program ini terakhir diadakan pada 2019 dan tidak diteruskan lagi tahun ini.

Pada 2019 lalu, Kominfo menguji PATRIoT, kependekan dari Program Akselerasi Teknologi Robotika dan IoT, untuk melihat potensi pengembangan perangkat IoT lokal, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Menggandeng komunitas, Kominfo memberikan pelatihan seputar IoT di luar kota besar dan mendorong inovasi IoT yang sesuai dengan kebutuhan setempat.

Analis Pemanfaatan Teknologi di Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, Kominfo, Rian Rusman, menyatakan dalam program ini, mereka fokus pada mitigasi bencana, salah satunya gempa bumi.

Mereka menyasar daerah-daerah yang berpotensi terkena bencana sehingga prototipe yang dikembangkan bisa benar-benar sesuai dengan kebutuhan wilayah tersebut. Pada 2019 lalu, Kominfo mengadakan pelatihan PATRIoT di beberapa kota di Jawa Tengah, antara lain Pemalang, Pekalongan, Purbalingga dan Blora.

Tahun ini, kementerian berencana tetap mengadakan pelatihan PATRIoT, hanya saja, karena pendemi virus corona, program tersebut akan dilakukan secara online.

Baca juga: Produk IOT nasional muncul di Indonesia Infrastructure Week 2019

Baca juga: Kominfo belum berlakukan aturan IMEI untuk perangkat IoT

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020