"Sangat bermanfaat untuk pintu-pintu fasilitas umum yang kemungkinan dibuka dan ditutup oleh banyak orang, seperti pintu kantor, pintu restoran, pintu terminal, pintu stasiun, pintu ATM, maupun pintu toilet umum," kata Ketua Tim Peneliti CIMEDs Fakultas Teknik UGM Dr. Suyitno di Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan telapak tangan merupakan organ yang dapat menyalurkan bakteri, virus, dan racun ke mulut, hidung, mata, telinga dan organ tubuh lain karena tangan bertindak sebagai pemegang dari organ-organ tubuh tersebut.
Cara paling sederhana untuk menghindari penyaluran bakteri, virus dan racun melalui media gagang pintu, menurut dia, adalah dengan mencuci tangan sebelum membuka pintu.
Baca juga: Yurianto: Pakai masker dengan benar untuk cegah COVID-19
Baca juga: Guru Besar Unair: Riset eucalyptus harus dilanjutkan
Meski demikian, gagang pintu yang dipakai pada fasilitas umum tidak selamanya bisa dikontrol pemakainya hanya dengan mencuci tangan.
Oleh sebab itu, kata dia, dengan menerapkan alat tersebut kemungkinan penyaluran bakteri, virus dan racun melalui telapak tangan bisa dihindari.
Kelebihan dari alat itu adalah bisa dipasang pada berbagai macam gagang pintu tanpa memodifikasi pintu dan gagang pintu.
Kemungkinan lengan, siku lengan, dan telapak kaki menyentuh organ tubuh lain dari pemiliknya atau menyentuh organ tubuh orang lain sangat kecil. Dengan demikian alat tambahan ini akan menghindari terjadinya penyebaran bakteri, virus dan racun.
Suyitno menjelaskan alat yang dikembangkan ini terdiri dari empat jenis, yaitu pendorong dan penarik pintu dengan lengan dan siku lengan, pendorong dan penarik pintu dengan telapak kaki, pemutar gagang pintu dengan lengan dan siku lengan, serta pemutar gagang pintu dengan telapak kaki.
Pemutar gagang pintu dengan lengan dan siku lengan telah didaftarkan paten dengan nomer pendaftaran P00202004526. Sedangkan pemutar gagang pintu dengan telapak kaki juga sudah terdaftar paten dengan nomer pendaftaran P00202004528.
Saat ini, alat tersebut sudah diproduksi dengan bahan paduan aluminium. Paduan aluminium dipilih karena COVID-19 mampu bertahan hidup paling pendek pada permukaan aluminium dibanding pada material lain.*
Baca juga: Unpad kembangkan metode hipnosis kurangi stres akibat COVID-19
Baca juga: Menko PMK minta inovasi universitas bantu penanggulangan COVID-19
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020