Jangankan 40 ton, hasil panen 20 ton saja sudah bisa mendapatkan untungDemak (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan menggelar seminar melalui aplikasi berbasis internet (webinar) dengan pelaku budi daya tambak udang dari berbagai daerah di Tanah Air dalam rangka pemantapan di sektor budi daya tambak udang.
"Dari hasil webinar hari ini (8/7) memang banyak masukan. Kami memang tengah mendorong generasi milenial untuk melakukan budidaya udang atau millenial's shrimp farming," kata Menteri Perikanan dan Kelautan Edhy Prabowo ditemui usai menggelar webinar di ruang Grahadika Bina Praja Setda Kabupaten Demak, Rabu.
Ia mengungkapkan Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak hanya mendorong kaum milenial yang siap dengan permodalan, orang tua maupun pensiunan sepanjang tersedia lahan akan dibantu.
Menurut dia budi daya udang saat ini berbeda dengan dahulu, jika dahulu 1 hektare hanya menghasilkan 1 ton udang, sekarang 1 hektare lahan dilaksanakan dengan intensif pengaturan pengelolaan air yang benar dan pengelolaan limbah yang bener mampu menghasilkan 40-an ton udang dalam setahun.
Bahkan, lanjut dia, ada pembudidaya yang menghasilkan panen udang lebih dari jumlah tersebut karena hasil 40 ton dianggap hanya sekali panen.
"Kami tidak menginginkan yang terlalu tinggi. Jangankan 40 ton, hasil panen 20 ton saja sudah bisa mendapatkan untung," ujarnya.
Pasar udang, lanjut dia, juga cukup terbuka di dunia, termasuk di Indonesia-pun demikian masih terbuka karena harga jual mahal, ternyata barang tidak ada sehingg hal inilah yang perlu menjadi perhatian. Jenis udang yang didorong untuk dibudidayakan, mulai dari jenis udan vaname, windu, hingga merguensis, meskipun selama ini jenis vaname yang paling produktif.
Selain mendorong "millenial's shrimp farming", kata dia, KKP juga tengah mendorong konsep "silfo fishery" atau perlindungan tanaman mangrove karena banyak ditemukan banyak daerah memiliki lahan luas, tetapi produktivitasnya rendah.
Untuk itu, dia mengajak, pemanfaatan lahannya tidak perlu semuanya, cukup beberapa luasan yang terpenting produktif, sedangkan lainnya ditanami mangrove.
Tanaman mangrove tersebut, juga bisa untuk budi daya yang lain secara tradisional, mulai kepiting, bandeng, ikan kakap putih, maupun udang windu.
"Pengambilannya tidak boleh dikuras, cukup pakai bubu, jaring atau pancing agar bisa menjadi pendapatan pasif mereka, sedangkan pendapatan aslinya dari sistem intensif tersebut," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah bangun proyek contoh tambak udang lima hektare di Lampung
Baca juga: Pemerintah berharap tambak udang bisa jadi andalan Provinsi Sulut
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020