Baghdad (ANTARA News/AFP) - Lebih dari 60 tentara dan polisi, termasuk 13 pejabat, telah ditangkap karena dua pemboman di Baghdad tengah yang menewaskan 153 orang, seorang juru bicara keamanan mengatakan, Kamis.
Orang-orang yang ditangkap itu tersebar di lingkungan Salhiyeh di ibukota Baghdad, tempat penyerang bunuh diri meledakkan gedung pemerintah Ahad dan membuat kerusakan di jalan, kata Mayor Jenderal Qasim Atta, jurubicara komando operasi Baghdad.
"Komisi penyelidikan terhadap dua serangan Ahad itu telah memerintahkan penangkapan 13 pejabat dari berbagai tingkat, dan 50 anggota pasukan keamanan yang bertanggungjawab terhadap perlindungan Salhiyeh," ujarnya pada AFP.
Di antara mereka yang ditangkap, kata Atta, adalah enam perwira angkatan darat dan tujuh polisi senior, termasuk kepala polisi Salhiyeh yang di bawah jurisdiksinya termasuk kementerian kehakiman, salah satu sasaran penyerang.
Juga ditangkap, para komandan 15 pos pemeriksaan keamanan di Salhiyeh.
Kementerian kesehatan menyatakan Kamis, korban karena serangan yang diakui oleh al Qaida itu sebanyak 153 orang, beberapa dari mereka mendapat cacat berat, dan lebih dari 500 orang terluka.
"Korban terakhir adalah 153 orang tewas," kata juru bicara kementerian Sabah Abdullah.
"Sulit untuk mengetahui bagaimana proporsi pria, wanita dan anak-anak," ia menambahkan, menyinggung cacat yang mengerikan yang ditimbulkan pada tubuh orang-orang yang tewas akibat pemboman kendaraan Ahad di kementerian kehakiman dan kantor gubernur provinsi Baghdad.
Penyelidikan atas pemboman itu memuat dimensi politik Kamis, dengan komisi pertahanan dan keamanan parlemen minta pada PM Nuri al-Maliki untuk "memerinci situasi keamanan dan tantangan yang Irak hadapi" dalam dengar pendapat dengan parlemen secepat mungkin.
Penyelidikan itu juga minta menteri-menteri yang bertanggungjawab pada keamanan untuk mengajukan laporan terperinci pada Dewan Wakil dalam 48 jam mengenai serangan Ahad, dan untuk menjawab pertanyaan mengenai pemboman tersebut.
Gubernur Baghdad Salah Abdul Razzaq menyalahkan kelalaian atau bahkan kolusi oleh pasukan keamanan karena pemboman-pemboman itu, dan minta agar Mendagri Jawad al-Bolani dan kepala Komando Operasi Baghdad Letnan Jenderal Abboud Qambar agar dipecat.
Abdul Razzaq telah menyiarkan gambar CCTV yang memperlihatkan sebuah truk putih yang membawa apa yang ia katakan sebagai dua ton bahan peledak, mendekat ke gedung kementerian kehakiman.
Truk dilarang masuk Baghdad, khususnya Salhiyeh, pada jam-jam siang hari bolong.
Juru bicara kementerian pertahanan Mayor Jenderal Mohammed al-Askari menyatakan pada AFP awal pekan ini bahwa pasukan keamanan telah menyerang dua rumah di Baghdad, tempat mereka menemukan material untuk membuat bom, dan melakukan penangkapan, tapi tidak menyebutkan secara khusus berapa banyak yang ditangkap.
"Itu tampak seperti material yang sama yang digunakan dalam Rabu Berdarah," katanya, merujuk pada pemboman 19 Agustus di kementerian di Baghdad yang menewaskan sekitar 100 orang.
Askari menyatakan bukti yang ditemukan memastikan pembom punya hubungan dengan al Qaida dan pendukung Partai Baath-nya mantan presiden Saddam Hussein.
Serangan itu diakui oleh yang memproklamirkan diri sebagai Negara Islam Irak, kelompok-front al Qaida di negara itu, dalam pernyataan on line, kata kelompok pengawasan yang bermarkas di AS SITE Intelligence, Selasa.
Al Qaida sebelumnya juga mengaku bertanggung jawab atas dua pemboman truk di Baghdad, Agustus.
PM Nuri al-Maliki menegaskan serangan-serangan itu tidak akan mempengaruhi dukungan Irak pada demokrasi dan berjanji bahwa pemilihan parlemen yang dijadwalkan Januari akan diteruskan.
Serangan-serangan itu dikutuk secara luas oleh masyarakat internasional, dengan Presiden AS Barack Obama memimpin dengan mengecam agenda "penuh benci dan destruktif" penyerang.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan Rabu, ia akan mengirim utusan ke Irak "untuk konsultasi pendahuluan terkait dengan keamanan dan kedaulatan Irak".(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009