Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, frekuensi pasar ritel khusus untuk sukuk akan dikembangkan pada tahun depan.
"Saat ini syariah investor baru sebesar 5-6 persen, kita akan mengintensifkan sosialisasi dan ke depannya juga untuk meningkatkan komunikasi," ujarnya disela-sela pelaksanaan Temu Nasional di Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta, Kamis malam.
Rahmat menambahkan, pihaknya akan tetap menerbitkan sukuk setiap dua minggu sekali hingga akhir tahun dan karena penerbitan melalui lelang penyerapannya masih kurang, maka akan diterbitkan sukuk dengan cara "private placement" atau "book building".
"Penyerapan melalui lelang masih kurang walau dari sisi `pricing` lebih kompetitif maka nanti kita akan menempuh semuanya lelang, `private placement` dan `book building`," ujarnya.
Penentuan nilainya, menurut Rahmat, akan tergantung dari daya serap pasar dan kekurangan yang terjadi pada sukuk dapat dikompensasikan di Surat Utang Negara (SUN). Jadi target penerbitan obligasi tetap pada Surat Berharga Negara, bukan target individual.
"Kalau penerbitan sukuk kurang, kita tutupi dengan SUN dan sekarang kita masih mempelajari instrumen yang bisa kita terbitkan," ujarnya.
Menurut Rahmat, dengan model "private placement", pihaknya akan meningkatkan komunikasi kepada pasar seperti yang telah dilakukan kepada lelang SUN.
"Permintaan `yield` pada lelang terakhir sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari kuotasi pasar bahkan pasar mengatakan sukuk masih likuid, jadi mereka minta tambahan premi untuk resiko likuiditas," ujarnya.
Rahmat mengatakan ada kemungkinan premi akan diberikan kepada investor syariah apalagi dengan adanya instrumen penerbitan yang bervariasi dengan biaya yang efisien.
"Bisa dikatakan kita akan mengutamakan penerbitan sukuk untuk `private placement` dengan pengembangan instrumen ritel karena dalam pasar ritel siapa pun bisa membeli dan itupun bila investor benar-benar menginginkan instrumen syariah," ujarnya.
Rahmat menambahkan dengan "private placement" atau "book building" nantinya akan lebih mudah melakukan alokasi seperti pada global sukuk dan lebih banyak kepada investor syariah.
Menurut Rahmat, komitmen pemerintah dalam pengembangan pasar sukuk sangat kuat karena itu nanti sistem keuangan dan lembaga akan diperkuat agar dapat mengamankan pembiayaan dalam jangka panjang.
Dalam lelang sukuk terakhir, satu-satunya seri yang dimenangkan pemerintah adalah IFR003 dengan masa jatuh tempo paling pendek enam tahun senilai Rp200 miliar dari nilai penawaran Rp1,421 triliun.
Imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan IFR003 adalah 9,59 persen dengan total penawaran yang masuk nilainya mencapai Rp4,173 triliun.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009