Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak turun lagi di perdagangan Asia Kamis karena kenaikan mengejutkan dalam cadangan bensin Amerika Serikat telah memperberat terhadap sentimen, kata analis.
Kontrak utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Desember turun 26 sen menjadi 77,20 dolar per barel, sedangkan minyak mentah Laut Utara Brent juga pengiriman Desember turun 25 sen menjadi 75,61 dolar per barel, sebagaimana dikutip dari AFP.
Departemen Energi AS (DoE) dalam laporan mingguannya Rabu mengatakan bahwa cadangan petrol naik 1,7 juta barel pada pekan yang berakhir 23 Oktober lalu.
Para analis telah memperkirakan penurunan 1,2 juta barel dan kenaikan mengejutkan dalam cadangan nampaknya sebagai pertanda melemahnya permintaan di konsumen energi terbesar dunia itu.
"Data ekonomi AS memasukkan lagi beberapa yang positif dan negatif...Dalam konteks pasar-pasar komoditas bahwa telah melihat pada prospek untuk pemulihan ekonomi internasional," kata analis Commonwealth Bank of Australia dalam laporannya.
DoE mengatakan bahwa cadangan minyak sulingan, yang mencakup disel dan minyak pemanas, melemah 2,1 juta barel, di mana lebih besar ketimbang prediksi konsensus para analis.
Dikatakan bahwa cadangan minyak mentah AS turun 800.000 barel, lebih rendah dari pada ekspektasi analis 1,4 juta barel.
Selain itu data pemerintah yang diterbitkan Rabu menunjukkan penurunan dalam penjualan rumah baru Amerika Serikat pada September setelah lima bulan berturut-turut mencatat kenaikan, sehari setelah penurunan mengejutkan dalam indeks kepercayaan konsumen utamnya.
Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa penjualan rumah baru turun pada tingkat tahunan 402.000 atau dengan 3,6 persen pada September dibanding revisi Agustus 417.000, jauh di bawah prediksi pasar 5,5 persen kenaikan menjadi 440.000 unit rumah baru.
Para investor di mana juga menunggu diterbitkannya data produk domestik bruto (PDB) untuk ekonomi AS Kamis malam.
Para analis memperkirakan ekonomi AS mencatat ekspansi 3,2 persen, di mana akan menjadi pertumbuhan pertama untuk ekonomi terbesar dunia setelah setahun kontraksi secara kuartalan.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009