Sebuah kebangkitan gigih dolar minggu ini juga meredakan sentimen.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman Desember, turun tajam 2,09 dolar AS menjadi berakhir pada 77,46 dolar AS per barel.
Minyak mentah London, Brent North Sea untuk pengiriman Desember merosot 2,06 dolar AS menjadi berakhir pada 75,86 dolar AS per barel.
Harga jatuh setelah Departemen Energi AS mengatakan Rabu, bahwa cadangan bensin Amerika naik 1,7 juta barel dalam pekan yang berakhir 23 Oktober.
Itu menunjukkan melemahnya permintaan energi di Amerika Serikat dan mengejutkan pedagang karena ekspektasi pasar untuk penurunan 1,2 juta barel.
Timbunan sulingan, yang mencakup diesel dan minyak pemanas, merosot 2,1 juta barel, yang lebih berat daripada konsensus perkiraan para analis.
Departemen menambahkan bahwa cadangan minyak mentah naik 800.000 barel, di bawah ekspektasi naik 1,4 juta barel.
Menambah kekhawatiran untuk pemulihan, data pemerintah Rabu yang menunjukkan penurunan penjualan rumah baru di AS pada September setelah lima bulan berturut-turut naik, sehari setelah kejutan penurunan indeks kepercayaan konsumen.
"Bahkan dengan pasokan yang mendasari pasar, minat saat ini untuk energi berputar-putar di sekitar ekonomi dan dolar. Kami bukan hanya memantau persediaan energi tetapi juga data ekonomi yang masuk," kata analis Phil Flynn dari PFG Best.
Pukulan lain ke pasar minyak, dolar naik di atas tingkat 1,48 terhadap euro, Rabu.
Di London pada transaksi sore hari, mata uang tunggal Eropa jatuh ke 1,4721 dolar, dari 1,4810 dolar akhir Selasa.
Sebuah kenaikan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang memegang mata uang lemah, dan karenanya mengurangi permintaan minyak mentah dan harga.
Investor juga berhati-hati jelang angka produk domestik bruto (PDB) resmi Kamis untuk ekonomi AS.
Kebanyakan analis mengatakan PDB akan melihat sebuah ekspansi sebesar 3,2 persen, pertumbuhan pertama untuk ekonomi terbesar di dunia setelah satu tahun triwulan kontraksi.
"Data PDB AS besok bisa memberikan arah ekonomi dunia untuk sisa minggu ini," kata analis pada broker Sucden di London.
Harga minyak mencapai 82 dolar AS minggu lalu, tertinggi sejak Oktober 2008, sebagian didukung mata uang AS yang lemah.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009