Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa dominasi dolar AS di dunia hingga saat ini masih di atas 70 persen sehingga apapun kondisi di AS akan berdampak terhadap mata uang lainnya termasuk mata uang rupiah.
"Apapun yang terjadi di AS apakah kebijakan fiskal maupun pengumuman Federal Reserve, apakah mau menaikkan suku bunga dalam mengantisipiasi defisit APBN-nya yang meningkat, itu semuanya pasti akan mempengaruhi persepsi dan proyeksi terhadap dolar AS sehingga harus kita ikuti terus," kata Menkeu di Jakarta, Rabu.
Ia menyebutkan, saat ini terdapat kecenderungan dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah karena ada potensi suku bunga yang meningkat di sana.
"Defisit yang besar mendorong kemungkinan mereka menaikkan suku bunganya sehingga mata uang dunia lainnya melemah, termasuk rupiah," jelasnya.
Ia mengatakan, Indonesia harus melihat fakta bahwa perekonomian AS memiliki pengaruh ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
"Banyak yang mengatakan dunia akan melakukan diversifikasi mata uang global, tapi dominasi `currency` AS itu masih di atas 70 persen dari total penggunaan `currency` dunia," katanya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan kecenderungan melemah dari sempat Rp9.200 dan saat ini sekitar Rp9.500 per dolar AS.
Sementara itu mengenai turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG), Menkeu mengatakan, persoalan di beberapa emiten pasti akan berdampak terhadap keseluruhan bursa saham.
"Saat kemarin `bullish`, kemungkinan ada optimisme yang berlebihan dan menyebabkan sesuatu yang beda dari pondasinya sehingga pasti akan terkoreksi," katanya.
Menurut dia, kalau indeks terus terkena sentimen negatif maka yang bisa menopang supaya tidak terjadi koreksi tajam adalah informasi yang akurat dari emiten-emiten itu sendiri.
"Kalau di sisi pemerintah, tentunya akan terus menjaga agar tidak ada sentimen negatif yang berasal dari policy pemerintah. Dengan demikian dia akan memberikan suasana dan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan itu untuk tumbuh sehat dan fundamentalnya bisa menopang harga saham secara wajar," katanya.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009