Magelang (ANTARA News) - Pentas kolaborasi kolosal bertajuk "Lautan Warna Satu Darah" sebagai aktualisasi seniman Magelang, Jawa Tengah, Rabu, atas sinergi semangat Hari Sumpah Pemuda.

Event yang berlangsung di halaman SMK Yayasan Pendidikan (YP) 17 Kota Magelang itu antara lain mementaskan kolaborasi musik, tari, teater, dan puisi oleh puluhan seniman setempat.

Mereka yang menyuguhkan kolaborasi seni itu antara lain kalangan seniman pelajar SMK YP 17, Teater Bias 17, Teater Fajar Universitas Muhammadiyah Magelang, Bengkel Seni Universitas Tidar Magelang, grup musik Jakarta Band, seniman petani Sanggar Warangan Merbabu, dan Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM).

Sejumlah seniman Teater Fajar menabuh musik jimbe, kenong, dan kendang, yang dipadu dengan gesekan biola oleh pemusik Jakarta Band, sedangkan tiga seniman pelajar membacakan balada puisi "Sumpah Pemuda".

Beberapa saat kemudian Handoko, seniman petani Sanggar Warangan Merbabu dengan sejumlah anggotanya yang mengenakan pakaian tarian tradisional, topeng ireng, seakan meneroboskan tabuhan musik truntung, dengan bunyi klinting dari entakan kaki mereka.

Tepuk tangan ratusan penonton termasuk Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Magelang, Dwi Margiyono, Ketua DKKM, Boediono, dan sejumlah budayawan lokal seperti Soetrisman, Sumarjoko, dan Eko Bambang memberi nuansa meriah atas pergelaran kolosal yang sekaligus sebagai pembukaan rangkaian pentas "Young Spirit Exibition" (28-31 Oktober 2009) itu.

Puluhan seniman pelajar putri sekolah itu dengan mengenakan kain kebaya masuk ke arena pementasan dengan berbagai gerak tarian yang terlihat lembut sambil membentuk rangkaian konfigurasi tari.

Penari topeng ireng sambil melanjutkan suguhan sejumlah nomor musik truntung memperkuat sajian konfigurasi tarian oleh puluhan pelajar itu.

"`Lautan Warna Satu Darah` ingin mengungkapkan betapa berbagai perbedaan menjadi harapan semua dalam membangun suati sinergi, karena tujuan kita sama. Seperti halnya pemuda zaman dulu melahirkan Sumpah Pemuda," kata sutradara "Lautan Warna Satu Darah", Tri Setyo Nugroho.

Pementasan kolaborasi itu, katanya, wujud suatu kesadaran aktual generasi muda yang terus menguat terhadap potensi positif suatu perbedaan atas berbagai sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Suguhan seni kolaborasi, katanya, bagaikan sinergi atas perbedaan sehingga menjadi daya tarik kuat dan energi besar untuk membangun bangsa.

"Pentas ini simbolisasi atas kesadaran manusia terhadap perbedaan, manusia kini membalik paradigma perbedaan yang berpotensi memecah belah menjadi energi besar untuk menggenggam dunia," katanya.

Pada kesempatan itu Kepala SMK YP 17, Widodo yang mengenakan pakaian adat Jawa dengan motif lurik dan bertutup kepala, iket, membaca puisi bertajuk "Pro Patria".

Margiyono menyatakan pentingnya generasi muda memperkuat mental dan kepribadiannya melalui pengembangan seni dan budaya bangsa untuk menghadapi perkembangan era kesejagatan.

"Bukan karena tidak senang dengan budaya luar, tetapi kalau pemuda berakar kuat kepada nilai-nilai budaya bangsa, mereka akan memiliki daya saring yang ampuh terhadap pengaruh buruk budaya asing. Bangsa kita memiliki nilai budaya yang unggul," katanya.

Sementara itu, sejumlah pegiat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Magelang memperingati Hari Sumpah Pemuda 2009 melalui orasi di kawasan Alun-Alun timur Kota Magelang.

Mereka membawa bendera organisasi itu dan bendera Merah Putih saat menggelar aksinya.

Koordinator aksi PMII Magelang, Agus Sugito, mengatakan, peringatan Sumpah Pemuda menjadi momentum terutama generasi muda agar berkepentingan dalam pelestarian tradisi budaya bangsa, memperkuat semangat nasionalisme melalui pemahaman integritas bangsa, menjunjung tinggi berbagai nilai pluralisme, memperkuat pemahaman Pancasila, dan mengembangkan potensi lokal sebagai modal menghadapi persaingan pada era kesejagatan.

Seluruh elemen masyarakat, katanya, harus menjiwai pentingnya membangun semangat kebersamaan dan nasionalisme.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009