China mampu membangun (pembangkit EBT) 65.000 MW dalam setahun, kapasitas ini setara dengan seluruh pembangkit di Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Harris mengatakan hingga saat ini, angka bauran energi baru dan terbarukan (EBT) baru tercapai 15 persen dari target sebesar 23 persen sampai 2025.

"Kalau dibandingkan energi primer, (bauran EBT) itu masih 9,15 persen saja," katanya dalam webinar yang diikuti ANTARA di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Indonesia di G20: Penurunan harga minyak jadi momentum pemanfaatan EBT

Ia mengatakan pandemi COVID-19 juga turut menjadi kendala untuk meningkatkan bauran EBT.

Kendala itu di antaranya adalah pembatasan akses operasional, sumber daya manusia yang minim, dan keterbatasan perlengkapan suku cadang yang dapat diimpor.

Sebelumnya, Program Manager Energy Transformation Institute for Esential Service Reform (IESR) Jannata Giwangkara menyebutkan berdasarkan studi pada 2018, potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 431.745 MW, namun kapasitas terpasang atau baru dimanfaatkan untuk listrik hanya 6.830 MW.

Ia menilai potensi energi terbarukan di Indonesia belum dikembangkan dengan optimal bila dibanding negara ASEAN lainnya terutama Vietnam yang dalam dua hingga tiga tahun terakhir telah membangun 3.000 MW energi terbarukan.

Sementara, secara global di seluruh dunia pada 2009 hingga 2019, rata-rata pembangkit yang ditambahkan lebih besar energi terbarukan khususnya tenaga surya, angin, dan air, seperti di China, India, Amerika, dan Jerman.

"China mampu membangun (pembangkit EBT) 65.000 MW dalam setahun, kapasitas ini setara dengan seluruh pembangkit di Indonesia," ucapnya.

Sementara itu, Dosen Fakultas Teknik Universitas Bengkulu Khairul Amri mengatakan tantangan pengembangan energi terbarukan adalah teknologi yang digunakan di Indonesia tertinggal dari negara lain seperti China dan India.

Baca juga: Potensi EBT di Bengkulu bisa pasok 12 persen listrik di Indonesia
Baca juga: Ini strategi pemerintah untuk percepat pengembangan panas bumi

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020