"Pernyataan itu disebutkan Wakil Bupati Agam saat meninjau lokasi pengungsian di lapangan Sungai Batang. Beliau mengatakan warga dilarang kembali ke kampung dan yang nekad pemerintah lepas tangan terhadap keselamatannya," kata Sabri (33) salah seorang pengungsi kepada ANTARA di Maninjau, Selasa.
Empat jorong yang dilanda tanah longsor dari Perbukitan Leter W (berbentuk huruf W) pascagempa 7,9 SR, Rabu (30/9) adalah, Jorong Pandan, Galapuang, Batu Nanggai dan Muko Jalan.
Bencana pada 1 Oktober 2009 menyebabkan ratusan rumah dan bangunan pada jorong-jorong tersebut rusak berat serta roboh dan tertimbun tanah bercampur bebatuan dan kayu glondongan.
Selain itu, belasan rumah dan kendaraan diseret longsor hingga masuk ke dalam Danau Maninjau. Akibat bencana ini, hingga kini lebih 1.000 warga dari empat jorong itu masih mengungsi ke posko utama di lapangan Sungai Batang yang berada di jorong tetangga daerah itu.
Sabri menambahkan, pihak Pemda juga menyebutkan kondisi rawan longsor di kampung-kampung itu masih dikhawatirkan terjadi dalam enam bulan ke depan.
"Informasi dan keterangan dari Pemda itu membuat warga yang mengungsi semakin takut kembali ke kampung untuk bermukim dan banyak yang siap menerima kebijakan pemerintah termasuk diikutkan program transmigrasi," katanya.
Kalau pun ada yang mendatangi rumah-rumahnya yang rusak, dilakukan siang hari dan pada saat hari cerah untuk mengambil barang-barang yang masih dapat dimanfaatkan, tambahnya.
Kabupaten Agam, merupakan daerah terparah ke tiga di Sumbar yang terkena gempa 7,9 SR yang diikuti tanah longsor, Rabu 30 September 2009.
Akibat bencana ini, sebanyak 80 warga Agam meninggal dunia, 90 orang luka berat dan 47 orang luka ringan. Bencana tersebut juga menyebabkan 12.634 unit rumah warga rusak berat, 3.653 unit rusak sedang dan 2.862 unit rusak ringan.
Kerugian materi akibat gempa dan tanah longsor di Agam ditaksir mencapai Rp460 miliar.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009