Neymar yang cedera dan tak hadir langsung di stadion awalnya mengikuti perjuangan rekan-rekannya lewat siaran televisi ditemani ibunya, Nadine Santos, beserta sanak saudara di kediaman mereka di Guarujan.
Menurut laporan kolumnis UOL, Juca Kfouri, Nadine menangis melihat penampilan memalukan pasukan Selecao.
Baca juga: Brasil kalah memalukan, banyak foto kerusuhan palsu beredar
Entah karena tak tega melihat ibunya menangis atau sudah terlalu marah melihat timnya diluluhlantakkan Jerman, Neymar memilih mengajak mereka yang hadir di rumahnya untuk bermain poker.
Kfouri mungkin saja melebih-lebihkan narasi laporannya, tetapi Neymar punya lebih dari cukup alasan untuk mematikan televisi kala itu.
Pertandingan itu menorehkan banyak catatan dalam sejarah sepak bola. Brazil untuk pertama kalinya menelan kekalahan dalam laga kandang setelah 62 pertandingan dan hampir 39 tahun. Peru jadi tim terakhir yang mengalahkan Brazil di Brazil dalam semifinal Copa America 1975, yang berakhir mereka juarai.
Tujuh gol yang bersarang ke gawang Cesar jadi jumlah kebobolan terbanyak Brazil dalam laga internasional dan skor 1-7 jadi marjin terburuk setara dengan kekalahan 0-6 melawan Uruguay dalam Copa America 1920 di Chile.
Marjin enam gol juga jadi kekalahan terburuk tim tuan rumah putaran final Piala Dunia sepanjang sejarah, dua kali lipat dari catatan sebelumnya yang diderita Swedia pada 1958, Meksiko (1970) dan Afrika Selatan (2010).
Baca juga: Atasi hantu adu penalti, Brasil kini dihadang memori kelam Mineirao
Sementara bagi Jerman, kemenangan tersebut membuat mereka jadi tim pertama yang delapan kali mencapai partai final Piala Dunia sebelum mengalahkan Argentina untuk meraih trofi keempat pesta sepak bola paling bergengsi sejagat itu.
Halaman selanjutnya: MIneirazo meninggalkan trauma...
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2020