Kabul (ANTARA News/AFP) - Gerilyawan Taliban telah menewaskan lima polisi perbatasan ketika mereka menyerang pos polisi di Afghanistan selatan di tengah kekerasan yang meningkat menjelang putara kedua pemilihan presiden bulan depan, kata beberapa pejabat, Selasa.

Sumber keamanan juga menyatakan, sembilan gerilyawan Taliban, termasuk satu komandan, telah ditembak mati di markasbesar mereka Kandahar dalam serangan oleh pasukan Afghanistan.

Insiden itu tejadi Senin, hari yang sama yang menewaskan 14 tentara Amerika, dan sejumlah agen narkotika tewas dalam dua kecelakaan helikopter yang jatuh pada salah satu hari paling mematikan bagi AS sejak mereka menggulingkan Taliban pada 2001.

Serangan di pos perbatasan itu dilakukan di distrik Shamalzai di provinsi Zabul selatan yang berbatasan dengan Pakistan.

"Lima polisi perbatasan tewas dan satu polsi terluka," kata Jenderal Abdul Raziq, komandan daerah itu, yang menambahkan bahwa empat gerilyawan Taliban tewas dalam bentrokan yang terjadi.

Di Kandahar, yang bertetangga dengan Zabul, kepala polisi provinsi mengatakan tentara dan polisi Afghanistan telah melakukan operasi anti-Taliban Senin malam.

"Pasukan itu telah melakukan operasi di distrik Arghandab yang mengakibatkan tewasnya sembilan orang anggota oposisi bersenjata, termasuk satu kelompok komandan," kata Jenderal Sardar Mohammad Zaizai.

Taliban telah melancarkan gerilya yang makin mematikan, khususnya di markasbesar mereka di selatan, tempat serangan dan ancaman telah membantu membatasi kedatangan pemilih di beberapa daerah hingga hanya lima persen pada putaran pertama pemilihan presiden Afghanistan.

Hampir 200 insiden kekerasan di sekitar pemilihan putaran pertama yang dipertalikan dengan Taliban, termasuk amputasi jari yang ditandai dengan tinta ungu sebagai bukti memilih, serta serangan roket dan granat di tempat pemungutan suara.

Gerakan itu telah menyerukan pemboikotan pada putaran kedua pemilihan presiden 7 November, mengancam kekerasan terhadap orang-orang yang berusaha memberikan suara mereka.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009