Tanjungpinang (ANTARA) - Partisipasi pemilih pada Pilkada di Provinsi Kepulauan Riau potensial rendah bila kandidat yang bertarung tidak memiliki daya tarik, kata pengamat politik, Yudhanto Adiputra.
"Waspadai pemilih apatis, yang cenderung tidak menggunakan hak suara. Ini akan berubah bila figur memiliki magnet yang kuat untuk mendorong pemilih menggunakan hak suara di-TPS," ujarnya, di Tajungpinang, Selasa.
Ia menjelaskan pandemi Covid-19 belum tentu mempengaruhi partisipasi pemilih. Pada sisi lain, penyelenggara pemilu memang memiliki keterbatasan dalam penyosialisasikan pilkada sementara tim kampanye dan kandidat pilkada pun mengalami kesulitan dalam menyosialisasikan visi-misi.
Baca juga: Petugas Pilkada di Provinsi Gorontalo wajib uji cepat COVID-19
Namun data survei pilkada sebelumnya menyebutkan dampak sosialisasi pilkada terhadap partisipasi pemilih sangat kecil.
"Dari pilkada sebelumnya memang partisipasi pemilih sudah rendah. Jadi bukan disebabkan oleh sosialisasi yang tidak maksimal, melainkan daya tarik pemilih terhadap kandidat pilkada yang tidak menonjol," katanya.
Dalam Pilkada Kepulauan Riau pada 2006, 2011, dan 2015, partisipasi pemilih tidak mencapai 50 persen. Dari data, pemilih menggunakan hak suara bukan disebabkan keberhasilan penyelenggara pemilu dalam menyosialisasikan pilkada, melainkan mesin politik partai dan kandidat pilkada yang bertarung mendorong mereka untuk ke-TPS.
Karena itu, kata dia calon gubernur maupun calon wakil gubernur harus mampu berinovasi, terutama di saat pandemi Covid-19. Sosialisasi dengan model lama, yang menampilkan wajah kandidat pilkada yang kaku sudah terbukti tidak membawa hasil yang maksimal.
Baca juga: Ketua MPR nilai perlu kembangkan digitalisasi pemilu era normal baru
Kandidat pilkada mungkin harus mencoba gaya sosialisasi yang menarik, dengan memanfaatkan fasilitas internet. Kesan yang ditampilkan dalam video singkat yang disiarkan itu sebaiknya lebih menarik, unik, dan lucu.
"Jangan lagi menampilkan foto yang terkesan 'jaim' dan kaku, karena tidak menarik. Mungkin perlu dicoba dengan menggunakan Tik Tok sebagai 'new media' untuk menarik perhatian pemilih. Seberapa efektifkah ini? Saya pikir ini perlu dicoba," ucapnya.
Dari data survei partisipasi pemilih pada pilkada sebelumnya, Yudha mengatakan ada kelompok masyarakat yang menggunakan hak suara lantaran didorong oleh uang. Partisipasi pemilih mungkin meningkat, namun belum tentu meningkatkan jumlah suara yang diperoleh oleh kandidat yang melakukan politik uang.
Baca juga: Anggota DPR soroti potensi munculnya calon tunggal di Pilkada 2020
"Di masa pandemi Covid-19, potensial politik uang meningkat. Ini perlu diwaspadai Bawaslu," ujarnya.
Berdasarkan data Antara, politisi yang bakal bertarung pada Pilkada Kepri 2020 mulai mengerucut yakni Soerya Respationo, Isdianto, Ansar Ahmad, Iman Setiawan, dan Marlin Agustina.
Tahapan pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur 4-6 September 2020.
Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020