London (ANTARA News/AFP) - Satu tentara meninggal di rumahsakit Inggris enam pekan sesudah terluka di Afganistan, kata Kementerian Pertahanan di London pada Senin.
Tentara itu, yang meninggal pada Minggu, cedera ketika bom rakitan meledak dalam gerakan di propinsi Kandahar, Afganistan selatan, pada 15 September.
"Meskipun petugas kesehatan melakukan upaya terbaik di lapangan dan di Inggris, selama hampir enam pekan, ia sayangnya meninggal akibat lukanya," kata pernyataan kementerian itu.
Tentara itu, dari Pengawas Hitam, batalion III Resimen Skotlandia, meninggal di rumahsakit di Birmingham.
Namanya belum diumumkan, tapi keluarganya sudah diberitahu.
Kematian itu mejadikan 223 jumlah tentara Inggris tewas sejak gerakan melawan Taliban dimulai pada Oktober 2001.
Dari jumlah itu, sedikit-dikitnya 192 tewas akibat tindakan bermusuhan.
Inggris menempatkan sekitar 9.000 tentara di Afganistan, kebanyakan di propinsi Helmand, Afganistan selatan, tempat mereka melawan pejuang Taliban, dan Perdana Menteri Gordon Brown dengan syarat menjanjikan tambahan 500 tentara untuk tugas tersebut.
Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada ahir 2001, karena menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di negara adidaya tersebut, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Masyarakat Inggris kehilangan kepercayaan bahwa negara mereka dapat menang dalam perang melawan gerilyawan di Afganistan, kata hasil jajak pendapat baru, yang disiarkan ahir pekan lalu.
Survei YouGov buat saluran 4 News mendapati 48 persen petanggap berpendapat bahwa tentara Inggris takkan menang dalam perang melawan gerilyawan Taliban dan kemenangan tak mungkin diraih, naik dari 36 persen pada Agustus 2007.
Sejumlah 36 persen lagi berpendapat bahwa tentara Inggris takkan menang, tapi kemenangan ahirnya mungkin dicapai, turun tiga angka sejak 2007.
Perang di Afganistan, yang dimulai pada 2001, menyusul serangan 11 September di Amerika Serikat, berkembang kian mematikan dalam beberapa bulan belakangan.
Jajak pendapat tersebut mendapati bahwa 62 persen dari rakyat Inggris ingin tentaranya keluar dari Afganistan dalam waktu satu tahun, turun tiga poin dari 2007, tapi masih dalam margin kesalahan.
Namun, jumlah yang mengatakan tentara Inggris mesti tetap berada di sana selama pemerintah Afganistan ingin mereka di sana naik dari 25 jadi 29 persen.
YouGov mewawancarai 2.042 orang dewasa pada pekan lalu.
Sejumlah 1.483 tentara asing, termasuk Inggris, tewas di negara terkoyak perang itu sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001 untuk menggulingkan Taliban.
Bom buatan rumahan, yang dikenal dengan IED dan dipasang di jalan, menjadi pembunuh utama tentara asing di di Afganistan, kata pemimpin politik Barat.
IED menjadi senjata utama Taliban dalam peningkatan perlawanan terhadap lebih dari 100.000 tentara asing di bawah kepemimpinan Amerika Serikat dan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afganistan.
IED itu mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, kata tentara.
Pemimpin tentara menyatakan mencoba mengembangkan cara baru untuk berurusan dengan ancaman IED, tapi mendapati bahwa Taliban sudah mengubah siasat dengan cepat.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Sebaiknya tentara asing segera menarik diri dari Afganistan, enak toh jadi Damai he hee hee