Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Indonesia untuk Aljazair Yuli Mumpuni Widarso berharap neraca perdagangan Indonesia-Aljazair setidaknya mengalami keseimbangan.

"Perdagangan kedua negara masih menguntungkan Aljazair, sebagai negara bersahabat paling tidak neraca perdagangannya terjadi keseimbangan," kata Yuli, dalam konferensi pers "BNI Inspiring Invesment Year" di Jakarta, Selasa.

Neraca perdagangan kedua negara pada 2008 hanya sekitar 300 juta dolar AS sedangkan impor Aljazair ke Indonesia lebih dari 1 miliar dolar AS.

Yuli menjelaskan bahwa negatifnya transaksi perdagangan ini karena Indonesia membeli minyak dari Aljazair, sedangkan Indonesia produk Indonesia di negara Afrika utara ini belum terkenal.

Indonesia mengekspor komoditi berupa CPO (kelapa sawit), kopi, rempah-rempah, tekstil, garmen dan mebel yang umumnya masuk dari negara ketiga.

Untuk meningkatkan neraca perdagangan Indonesia ke Aljazair ini pihak KBRI telah melakukan promosi dan saaat ini juga mengajak 31 pengusaha Aljazair ke Indonesia.

"Kami mengajak untuk melakukan hubungan langsung dengan pengusaha Indonesia. Telah terjadi `deal` bisnis ada yang langsung memesan kopi langsung ke Medan," katanya.

Selain melakukan ekspor riil, perusahaan kontraktor Wijaya karya (EIKA) saat ini sedang mengerjakan proyek jalan tol di Aljazair sebagai sub-kontraktor.

"Tenaga kerja Indonesia di Aljazair saat ini mencapai 2.500 orang, sebagian besar karyawan WIKA. Bahkan WIKA akan menambah 800 orang lagi untuk mempercepat target penyelesaian proyek jalan tol," katanya.

Yuli menyebut berbagai hambatan peningkatan perdagangan ke Aljazair ini adalah hubungan tradisional, yakni mitra dagang dengan Perancis dan produk Indonesia mahal sehingga tidak kompetitif.

Untuk itu KBRI berupaya untuk melakukan pendekatan dengan pemerintah Aljazair untuk mendapatkan keringanan pajak yang diterapkan atas barang impor.

Yuli juga melihat kurang perhatiannya pengusaha Indonesia terhadap potensi pasar Aljazair dan faktor transportasi, dimana tidak ada pelayaran langsung ke negara Afrika utara tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009