Jakarta (Antara) -- Dalam rangka mendukung penurunan gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen hingga 2030, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memasang target penghematan energi sebesar 377 juta barel minyak.
Direktur Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Hariyanto mengatakan, selain efektif memangkas GRK, penghematan energi pun menjadi salah satu upaya mengurangi beban impor naisonal terhadap konsumsi BBM.
"Target kita secara nasional harus menghemat energi sebesar 377 juta barel minyak. Satu barel minyak itu setara dengan 159 liter. Jadi jika kita bisa menghemat 377 juta barel minyak dengan penggunaan kita 1,5 juta barel per hari, kita bisa berhemat 250-an juta barel," ungkapnya beberapa waktu lalu di Jakarta.
Konservasi energi merupakan upaya sistematis dalam melestarikan sumber daya energi secara rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan, atau tanpa mengurangi keselamatan, kenyamanan, dan produktivitas.
Hariyanto lantas menjelaskan, konservasi energi bukan lantas berarti mengurangi porsi dibawah standar pemanfaatan energi, yang pada akhirnya malah akan mengurangi produktivitas. Tetapi, memanfaatkan energi sesuai kebutuhan.
"Mari melihat permintaan energi itu dari sisi efisiensinya, supaya standar produktifitas kita tidak terganggu,” tambahnya.
Pemerintah telah memiliki beberapa kebijakan untuk mendukung kemudahan masyarakat dalam menerapkan konservasi energi, salah satunya kebijakan label peralatan hemat energi.
Hariyanto menganjurkan pemilihan peralatan elektronik rumah tangga diprioritaskan pada peralatan yang mendapatkan label bintang terbanyak. “Jangan dilihat dari harganya saja karena kita berkontribusi untuk konservasi energi. Semua peralatan elektronik rumah tangga akan kita pasangkan bintang, sehingga memudahkan masyarakat untuk memilih,” tandas Hariyanto.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020