Jakarta (ANTARA News) - Organisasi pecinta lingkungan hidup Greenpeace telah membangun pos di jantung hutan tropis Indonesia dengan tujuan untuk menarik perhatian dunia akan besarnya dampak perusakan hutan terhadap perubahan iklim.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara Bustar Maitar, dalam keterangan tertulisnya yang diterima ANTARA News di Jakarta, Selasa, mengatakan, pos yang dibangun tersebut diberi nama Climate Defender Camp (Kamp Pelindung Iklim) dan dibangun di Semenanjung Kampar, Riau.

Bustar menjelaskan, alasan pemilihan lokasi tersebut karena hutan di Kampar berada di tanah gambut yang menyimpan hingga dua miliar ton karbon.

Hal itu membuat hutan di Kampar merupakan salah satu penyimpan karbon terbesar di dunia dan tempat yang sangat signifikan dalam pertahanan menghadapi perubahan iklim global.

Ia memaparkan, telah banyak hutan di sejumlah daerah di Tanah Air yang telah hancur dan berganti menjadi perkebunan, seperti akasia dan kelapa sawit.

Padahal, ujar dia, berbagai produk dari perusakan hutan tersebut telah diekspor ke seluruh dunia untuk dijadikan bahan pembuatan coklat, pasta gigi, dan biofuel yang diklaim sebagai produk "ramah lingkungan".

Untuk itu, Greenpeace menegaskan bahwa para pemimpin dunia harus mengetahui bahwa untuk menghindari bencana iklim harus dilakukan dengan menghentikan deforestasi dari berbagai hutan hujan tropis seperti di Indonesia sejak dari sekarang.

Sementara itu, Direktur Kampanye Greenpeace Asia Tenggara Shailendra Yashwant mengingatkan, para pemimpin negara ASEAN dalam Pertemuan di Thailand pekan lalu telah mendeklarasikan komitmen untuk mensukseskan aksi global melawan perubahan iklim.

Untuk itu, ujar Shailendra, berbagai pemimpin negara maju seperti Amerika Serikat dan negara di kawasan Uni Eropa juga harus berkomitmen mengurangi emisi secara drastis antara lain dengan menginvestasikan dana yang dibutuhkan untuk menghentikan perusakan hutan global.

Menurut Greenpeace, mengakhiri deforestasi global memerlukan investasi negara industri sebesar 30 miliar Euro (sekitar Rp42 triliun) per tahun untuk program perlindungan hutan.

Selain itu, organisasi pecinta lingkungan tersebut juga meminta komitmen Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono untuk melakukan moratorium (penghentian sementara) penebangan hutan dan lahan gambut. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009